REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina dan Amerika Serikat (AS) semakin larut tenggelam ke dalam perang dagang. Beijing membalas AS dengan menetapkan target penerimaan 60 miliar dolar AS dari tarif impor produk-produk Paman Sam.
"Cina dipaksa untuk menanggapi unilateralisme dan proteksi perdagangan AS, dan tidak punya pilihan selain menanggapi dengan tarifnya sendiri," kata Kementerian Keuangan Cina dalam sebuah pernyataan di situs resmi seperti dikutip laman Reuters pada Rabu (19/9).
Langkah tit-for-tat atau tindakan resiprokal ini merupakan eskalasi terbaru dalam perselisihan perdagangan yang semakin berlarut-larut di antara dua negara ekonomi terbesar dunia ini.
Sebelumnya, Senin (17/9) pemerintahan AS mengumumkan akan memulai memungut tarif baru sebesar 10 persen dengan target penerimaan sekitar 200 miliar dolar AS dari produk Cina pada pekan depan atau Senin (24/9). Kemudian tarif akan naik hingga 25 persen pada akhir 2018.
Baca juga, AS Kenakan Tarif Impor Baru Barang Asal Cina.
Kementerian Keuangan Cina mengatakan, Beijing akan memberlakukan tarif tersebut pada total 5.207 produk AS, mulai dari gas alam cair hingga jenis pesawat tertentu serta bahan baku seperti bubuk kakao dan sayuran beku dengan kenaikan hingga 5 sampai 10 persen. "Kami juga akan memberlakukan tarif pekan depan," ujar pernyataan itu.
Sejauh ini, AS telah memberlakukan tarif senilai 50 miliar dolar AS atas produk Cina. Tujuannya, menekan Cina agar melakukan perubahan besar pada praktik perdagangannya. AS juga ingin menekan Cina ihwal transfer teknologi dan kebijakan subsidi industri berteknologi tinggi.
Sementara Trump menuduh Beijing menargetkan barang-barang pertanian AS yang selama ini banyak diproduksi di pedesaan.
"Cina telah secara terbuka menyatakan bahwa mereka aktif mecoba memengaruhi dan mengubah pemilihan kami dengan menyerang petani, peternak, dan pekerja industri kami sebab kesetiaan mereka kepada saya," ujar Trump dalam Twitter.