Senin 17 Sep 2018 23:59 WIB

Kadin Minta Pemda Sambut Hangat Investasi

Indonesia dianggap masih jauh dibelakang negara Asean soal pariwisata

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani (kanan) bersama Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto memberikan keterangan terkait pelaksanaan Jakarta Food Security Summit (JFSS) di Jakarta, Selasa (6/3).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani (kanan) bersama Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto memberikan keterangan terkait pelaksanaan Jakarta Food Security Summit (JFSS) di Jakarta, Selasa (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengingatkan pemerintah daerah untuk ramah terhadap datangnya investasi, baik asing atau domestik. Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Roeslani, menyebutkan bahwa investasi menjadi kunci utama bagi pemerintah untuk menggenjot angka pertumbuhan ekonomi yang tak kunjung beranjak dari angka 5 persen. Target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 misalnya, masih dipatok di level 5,3 persen. 

Rosan merinci, penyumbang kue pertumbuhan ekonomi terbesar adalah konsumsi rumah tangga dengan porsi 50 persen. Selanjutnya, investasi menyumbang porsi 30 persen, belanja pemerintah 10 persen, dan sisanya adalah komponen lain termasuk ekspor-impor.

Konsumsi rumah tangga merupakan mekanisme yang cukup kompleks. Artinya, yang paling bisa diandalkan pemerintah untuk mendongkrak pertumbuhan adalah investasi. 

"Pemda punya peran di sini. Jangan lupa juga, negara-negara tetangga kita juga giat-giatnya mengundang investasi," kata Rosan di sela pelantikan Pengurus Kadin Sumbar, Senin (17/9). 

Rosan memberi contoh kasus pendirian pabrik Samsung di Vietnam. Sebelum memutuskan untuk mendirikan pabriknya di Vietnam, produsen barang elektronik dari Korea Selatan tersebut sempat melirik Indonesia. Namun, lanjutnya, berbelitnya proses pengajuan investasi di Indonesia saat itu membuat Samsung akhirnya memilih Vietnam. 

"Dan ekspor Samsung dari Vietnam adalah 40 miliar dolar AS dari Samsung saja, dan kita (Indonesia) hanya 168 miliar dolar AS (ekspor kumulatif)," jelas Rosan. 

Rosan mengingatkan kepala daerah untuk membuka diri lebar-lebar terhadap investasi, terlebih karena investasi baru juga sejalan dengan pembukaan lapangan kerja. Investasi, lanjutnya, juga bisa menyasar sektor pariwisata.

Indonesia dianggap masih jauh di belakang negara-negara ASEAN dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan. Dari segi kekayaan alam, Rosan memandang Sumbar memiliki potensi besar untuk menampung investasi di sektor pariwisata. 

"Saya yakin Sumbar ini potensi pariwisata sangat besar. Namun alam yang baik itu, harus diimbangi dengan konektivitas," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement