REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) bersama PT Pertamina (Persero) kembali meresmikan lembaga penyalur Program Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga. Kali ini peresmian bertempat di Desa Tolite Jaya, Tolinggula, Gorontalo Utara, Kamis (6/9).
Anggota Komite BPH Migas M Ibnu Fajar menjelaskan, ini merupakan lembaga penyalur BBM Satu Harga ke-64. "Program ini bermuka saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Papua, di sana harga BBM mencapai Rp 50 ribu per liter. Maka dicanangkanlah BBM satu harga untuk wilayah yang belum ada lembaga penyalur, khususnya wilayah 3T yaitu terluar, tertinggal, serta terdepan," jelasnya usai acara peresmian di Gorontalo Utara, Kamis, (6/9).
Program ini, kata dia, direncanakan berlangsung dari 2017 sampai 2019. Dengan total target mencapai 160 lembaga penyalur.
"Sebenarnya sudah 67 lembaga penyalur yang terealisasi. Hanya saja tiga di antaranya dibangun oleh swasta. Insya Allah sampai akhir 2018, sebanyak 130 lembaga penyalur bisa terbangun, sehingga sisanya atau 30 lagi bisa dibangun di 2019," ujar Ibnu.
Dirinya menjelaskan, program ini diawasi langsung oleh presiden. Pasalnya, setiap bulan BPH Migas harus melaporkan ke presiden. "Maka masyarakat Gorontalo Utara patut bersyukur karena tidak semua kabupaten atau kota di Indonesia diikutkan dalam program ini. Dari sekitar 515 kabupaten atau kota, hanya 30 persen yang masuk program," katanya.
Hal itu pun, kata dia, melalui penilaian atau assesment ketat. Ada beberapa syarat khusus yang harus dipenuhi, di antaranya di daerah tersebur harus belum ada lembaga penyalur BBM.
Lebih lanjut, Ibnu mengatakan, minggu ini ada tiga lagi lembaga penyalur BBM satu harga lagi yang bakal diresmikan. Diutamakan di wilayah Indonesia bagian Timur.
Sebagai informasi, harga yang dikenakan dalam Program BBM Satu Harga ini sebesar Rp 6.450 per liter untuk premium. Kemudian untuk solar sebesar Rp 5.150 per liter.