REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Soepriyatno meminta agar pemerintah terus melakukan antisipasi dalam menghadapi penguatan dolar terhadap rupiah. Terutama terkait pengurangan impor. Menurutnya, impor Indonesia sudah terlampau tinggi, terutama untuk komoditas pangan seperti gula dan beras.
Soepriyatno menjelaskan, pada tahun politik, impor kemungkinan bisa semakin tinggi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dampaknya, defisit neraca perdagangan semakin tidak terkendali.
"Pengurangan impor harus menjadi prioritas pemerintah," kata dia, ketika dihubungi Republika.co.id, Sabtu (1/9).
Sembari menekan impor, pemerintah juga harus terus menggenjot ekspor. Pengiriman komoditi ke luar negeri mampu meningkatkan devisa yang disebutkan Soepriyatno sudah tergerus banyak oleh Bank Indonesia (BI) untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Rupiah Lemah Akibat Reaksi Pasar
Poin berikutnya yang ditekankan Soepriyatno adalah utang. Ia menilai, beberapa BUMN terlalu banyak berutang ke luar negeri dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS) untuk membangun infrastruktur yang berlebihan.
"Ketika ekonomi global sedang goyah seperti saat ini, pemerintah jadi kesulitan kan membayar utang," ucapnya.
Soepriyatno mengimbau kepada pemerintah untuk melakukan seleksi ketat terhadap proyek infrastruktur di tahun ini maupun tahun-tahun mendatang. Ia menyebutnya sebagai ‘pengencangan ikat pinggang’. Sebab, keberhasilan suatu pemerintahan tidak dinilai berdasarkan pembangunan infrastruktur semata.
Diketahui, rupiah sempat melemah hingga menyentuh 14.840 terhadap dolar AS pada Jumat (31/8) tengah malam. Dilansir di Asia Nikkei, Sabtu (1/9), rupiah sekarang berada di posisi terendah terhadap dolar sejak Juli 1998, yakni setelah krisis keuangan melanda Asia.