REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan sejauh ini beras impor yang masuk ke Indonesia mencapai sekitar 1,8 juta ton. Impor tersebut dinilainya demi menekan harga beras.
Menko Darmin mengatakan, dari total izin impor tahun ini sebanyak 2 juta ton yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan, baru sekitar 1,8 juta ton beras impor yang sudah terealisasi. "Yang sudah datang, ada yang masih di pelabuhan juga, tetapi angkanya 1,8 juta," kata Darmin saat ditemui usai Rapat Koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta, Senin (27/8).
Darmin menjelaskan upaya menstabilkan harga sesuai harga eceran tertinggi (HET) beras medium menjadi pertimbangan pemerintah memutuskan Indonesia harus kembali impor beras. Namun, impor beras pada tahun ini menurut Kementerian Perdagangan, lebih rendah dibanding tahun 2014 yang mencapai 2,5 juta ton, kemudian pada 2015-2016 impor beras tercatat sekitar 1,5 juta ton.
Senada dengan itu, Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar Utomo mengatakan impor beras yang sudah terealisasi baru 1,84 juta ton dari izin impor yang diajukan pada 2018 sebesar dua juta ton. Selain memperkuat cadangan beras dari impor, Bulog juga melakukan serap gabah sekitar 5.000 ton per hari. Namun, Bulog berupaya untuk meningkatkan jumlah serapan menjadi 10 ribu ton per hari mengingat masa panen yang bervariasi.
"Dulu Juli masih di atas 10 ribu, sekarang kan masih bervariasi, bukan karena kemarau. Sebagian masih banyak yang panen, Sulawesi Selatan masih penuh. Sehari masih bisa ribuan ton," kata Bachtiar.
Ada pun impor beras sebanyak 2 juta ton oleh Perum Bulog dilakukan secara bertahap, di antaranya sebanyak 500 ribu ton beras pada Februari 2018 dan 500 ribu ton pada Mei 2018. Sementara itu, sisa kuota impor 1 juta ton sebelum akhir September 2018.