Senin 20 Aug 2018 17:24 WIB

Rupiah Melemah, PLN Ambil Langkah Efisiensi

PLN melakukan teknologi hibrid.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Teguh Firmansyah
Jaringan listrik PLN
Foto: Antara
Jaringan listrik PLN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melemahnya rupiah atas dolar membuat PLN perlu melakukan langkah strategis untuk bisa menjaga harga jual ke masyarakat. Meski tak dipungkiri, penguatan dolar terhadap rupiah berdampak pada kenaikan biaya pokok produksi (BPP) PLN.

Direktur Keuangan PT. PLN (Persero), Sarwono mengatakan, untuk mengantisipasi pelemahan rupiah, PLN memang sudah melakukan hedging sebagai mitigasi resiko. Namun kenaikan dolar seperti saat ini tetap meningkatkan BPP.

"Kalau kenaikan dolar itu kan kita lakukan hedging, itu juga mitigasi risiko juga.Pasti akan ada kenaikan tapi juga kita mengendalikan bagaimana efisiensi yang lain," ujar Sarwono di Gedung PLN, Senin (20/8).

Sarwono menjelaskan, langkah efisiensi yang dilakukan PLN antara lain menghemat pemeliharaan. Selain itu PLN juga melakukan teknologi hibrid sehingga pembangkit menggunakan bahan baku yang efisien namun bisa menghasilkan energi yang cukup baik.

"Istilahnya hibrid itu berapa konsumsi yang dipakai energi per kilo watt nya itu juga kita lakukan dalam rangka efisiensi, misalnya mobil 1 liter 10km ini bisa jadi 15 km," ujar Sarwono.

Baca juga, Pelemahan Rupiah, PLN Rugi Rp 6 Triliun.

Sarwono juga menjelaskan, langkah lain yang dilakukan PLN adalah melakukan reprofiling aset. Sarwono mengatakan, bulan ini PLN melakukan profiling aset sebesar 2 miliar dolar. "Reprofiling yang tadinya 8 persen jadinya menjadi bunga 5-6 persen," ujarnya. 

Sebelumnya, PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) selama awal tahun hingga Juni 2018 mengalami kerugian sebesar Rp 6 Triliun. Kerugian ini terjadi akibat adanya pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika.

Direktur Utama PLN, Sofyan Basir menjelaskan selain pelemahan rupiah, kerugian PLN juga dikarenakan adanya kenaikan harga BBM dan inflasi. "Ada kenaikan biaya Rp 1,3 triliun setiap kenaikan Rp 100 rupiah (penguatan dolar AS) jadi tambahan biaya biaya PLN. Kami estimasi rugi Rp 6 triliun," ujar Sofyan di Gedung DPR, Rabu (11/7).

Meski merugi, namun kata Sofyan secara perseroan laba perusahaan tetap mengalami kenaikan. Meski belum bisa merindi berapa besaran kenaikan, namun Sofyan tetap optimistis pada akhir tahun PLN bisa mencatatkan keuangan yang baik.

"Kalau data jelasnya, nanti aja setelah diaudit. Tapi mudah mudahan oke," ujar Sofyan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement