Selasa 07 Aug 2018 19:28 WIB

Cadangan Devisa Indonesia Berkurang 1,5 Miliar Dolar AS

Penurunan cadangan devisa dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
Cadangan Devisa Susut. Pegawai menghitung mata uang dolar AS di jasa penukaran mata uang, Jakarta. ilustrasi
Foto: Republika/ Wihdan
Cadangan Devisa Susut. Pegawai menghitung mata uang dolar AS di jasa penukaran mata uang, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada Juli 2018 mengalami penurunan sebesar 1,5 miliar dolar AS dibandingkan posisi Juni 2018. Posisi cadev tercatat sebesar 118,3 miliar dolar AS pada akhir Juli 2018.

Sementara pada akhir Juni lalu, posisi cadev Indonesia mencapai 119,8 miliar dolar AS. "Penurunan cadangan devisa pada Juli 2018 terutama dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi," kata Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Arbonas Hutabarat, melalui siaran pers tertulis, Selasa (7/8).

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi cadev Indonesia juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," katanya menambahkan.

Ke depan, lanjutnya, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.

Terkait posisi cadev ini, ekonom PT Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro menyatakan optimistis tentang prospeknya ke depan. Menurutnya, kebutuhan valuta asing (valas) untuk impor dan pembayaran dividen seharusnya sudah mencapai puncaknya pada kuartal II 2018.

"Kenaikan suku bunga acuan BI 7-day Reserve Repo Rate sebesar 100 basis poin (bps) juga akan memberikan buffer yang kuat ke arus keluar, mendorong cadangan devisa dari penipisan lebih lanjut di tengah tren kenaikan suku bunga global," ujar Satria, Selasa (7/8).

Ia menambahkan, pada bulan Juli, investor asing menambahkan masing-masing Rp 9,1 triliun dan Rp 790 miliar untuk kepemilikan obligasi rupiah dan saham. "Ini adalah pertama kalinya sejak Januari Indonesia terlihat arus masuk bulanan positif baik dalam pendapatan tetap dan pasar modal," ujarnya.

Selain itu, kata Satria, hubungan antara harga aset Indonesia dan cadangan valas mungkin lebih kuat dari yang diharapkan. Selama tiga tahun terakhir, IHSG sering naik ketika cadangan devisa meningkat dan sebaliknya.

Memang, diakuinya, terjadi penurunan 6,6 persen dalam IHSG per koresponden Juli dengan penurunan 9,1 persen pada cadangan devisa. "Kami percaya bahwa bank sentral menyadari fakta itu dan akan terus mendukung nilai tukar rupiah sejalan dengan fundamentalnya, dengan kemungkinan peningkatan cadangan valas yang tinggi," ucap Satria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement