REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Chief Economist Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) Dzulfian Syafrian menilai pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi arahan pemerintah kepada bank Himbara untuk menaikkan suku bunga deposito valuta asing (valas). Pada pembukaan perdagangan Jumat (24/9/2025), rupiah melemah 26 poin atau 0,15 persen menjadi Rp16.775 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.749 per dolar AS.
"Saya melihat salah satu faktornya adalah arahan pemerintah kepada para bank Himbara untuk menaikkan bunga deposito valas dengan tujuan menjaga stabilitas nilai tukar USD to IDR," ujarnya.
Namun, respons pasar dinilai berbalik arah. Investor dan pemegang rupiah justru mulai mengonversi rupiah ke valas karena lebih menguntungkan, sehingga pelemahan rupiah semakin dalam.
Menurut Dzulfian, seharusnya pemerintah memperkuat instrumen aliran dana asing, seperti devisa hasil ekspor (DHE), sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI), atau obligasi global. "Dengan catatan, hanya dana asing (capital inflow) yang mendapatkan insentif ini, sehingga meminimalisir konversi dana domestik dari IDR ke USD," ucapnya.
Ia menambahkan, Bank Indonesia (BI) pasti akan melakukan intervensi jika pelemahan rupiah terlalu drastis. Meski demikian, BI dinilai tidak bisa menahan terlalu lama karena keterbatasan cadangan devisa.
"Apalagi isunya bersifat struktural. Desain kebijakan yang mesti lebih ditingkatkan efektivitasnya,” kata Dzulfian.