REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Komersial PGN Danny Praditya mengatakan, holding BUMN Migas menjawab tantangan terbesar pemanfaatan gas bumi yang dihadapi pemerintah. Khususnya untuk area baru karena alasan keekonomian dan risiko tak adanya pembeli.
"Salah satu cara yang paling efektif untuk mengatasi problem tersebut adalah apabila Indonesia memiliki agregator gas, yang berfungsi mengagregasikan tidak hanya harga beli gas dari lapangan yang keekonomiannya berbeda-beda. Melainkan juga mengagregasikan biaya infrastruktur yang bervariasi," katanya.
Ia memastikan, dengan adanya agregator gas maka percepatan pengembangan infrastruktur dan pasar-pasar baru akan menjadi lebih feasible karena keekonomiannya ditopang oleh infrastruktur eksisting. "Selain itu, keberadaan agregator gas dapat membuat harga jual gas di seluruh wilayah Indonesia lebih merata dan berkeadilan," ujar Danny.
Dengan kemampuan untuk menyediakan harga gas yang lebih efisien, penetapan PGN sebagai agregator gas akan menguntungkan para pelanggan gas perusahaan. Baik yang berskala besar seperti PT PLN (Persero), industri pupuk, industri logam, baik yang berstatus BUMN maupun swasta.
"Keuntungan harga gas yang lebih terjangkau dan berkeadilan juga akan dirasakan pelanggan UKM dan rumah tangga," katanya.