Jumat 03 Aug 2018 17:12 WIB

BUMN Migas Momentum PGN Jalankan Fungsi Agregator Gas

Pembentukan holding BUMN Migas akan meningkatkan kapasitas investasi sektor gas.

Direktur Komersial PGN Danny Praditya.
Foto: PGN
Direktur Komersial PGN Danny Praditya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dan PT Pertamina Gas (Pertagas) berintegrasi sebagai subholding bisnis gas di bawah koordinasi PT Pertamina (Persero). Kelanjutan proses holding BUMN Migas ini merupakan momentum yang tepat bagi PGN untuk menjalankan fungsi agregator gas di Indonesia.

Direktur Komersial PGN, Danny Praditya, mengungkapkan dengan status PGN sebagai ujung tombak bisnis gas Pertamina, maka PGN memiliki portfolio yang komplit untuk menjalankan fungsi sebagai agregator gas. Danny mencatat, setidaknya ada tiga faktor yang bisa mendorong PGN mampu menjalankan mandat sebagai agregator gas.

Pertama, pasokan dari sumber lapangan gas Pertamina, kini bisa dijual oleh PGN ke seluruh pelanggannya. Menurutnya, sesuai pemetaan yang telah dilakukan tim dari Pertamina, PGN, dan Pertagas, setidaknya ada tujuh sumber gas baru yang bisa dipasarkan PGN.

Seperti gas Blok Mahakam yang mulai 1 Januari 2018 dialihkan pengelolaannya ke Pertamina. Lalu gas Blok Cepu yang diperkirakan bisa berproduksi secara komersial tahun ini.

Kemudian gas Lapangan Puspa sebanyak 45-50 MMSCFD yang bisa dikomersialisasi tahun ini. Gas lapangan Cikarang Tegal Pacing sebanyak 15 MMSCFD, gas Lapangan Salawati sebanyak 20 MMSCFD yang bisa dikomersialisasi mulai 2019, gas lapangan Bambu Besar sebanyak 10 MMSCFD yang juga bisa dikomersialisasi tahun depan, dan gas Lapangan Simenggaris yang diperkirakan mampu memproduksi gas sebanyak 10 MMSCFD mulai 2021.

"Dengan terbentuknya holding BUMN Migas, maka pendapatan dari penjualan gas lapangan-lapangan tersebut akan terkonsolidasi ke Pertamina, sehingga nilai ekonomis dari sektor gas hulu ke hilir bisa masuk ke Pertamina. Untuk itu, kami akan bertindak sebagai penjualnya," kata Danny, di sela acara Gas Indonesia Summit and Exhibition 2018 di Jakarta, Jumat (3/8).

Kedua, jumlah infrastruktur gas yang dikelola PGN menjadi bertambah. Sebab adanya tambahan pipa gas Pertagas yang kini menjadi bagian dari jaringan pipa PGN.

Sebelumnya, Direktur Utama PGN, Jobi Triananda Hasjim saat membuka Gas Indonesia Summit and Exhibition 2018, mengatakan sinergi kedua perusahaan menjadikan jaringan pipa gas yang dikelola PGN sepanjang 9.600 kilometer. Ia memperkirakan pertumbuhan volume distribusi gas bumi pasca-integrasi bisa mencapai tujuh persen per tahun. Selain itu, volume transportasi gas bumi diperkirakan turut mengalami peningkatan sekitar lima persen per tahun.

"Dari sisi jumlah pelanggan, diperkirakan akan ada penambahan 40 ribu pelanggan rumah tangga pada 2019. Di sektor industri dan komersial, penambahan pelanggan diperkirakan mencapai 90 pelanggan dari posisi saat ini 3.820 pelanggan," jelas Jobi.

Ketiga, dengan ditetapkan pemerintah kepada PGN sebagai subholding bisnis gas bumi, maka kapasitas investasi PGN akan meningkat akibat tidak ada lagi duplikasi pembangunan jaringan infrastruktur pipa gas dengan Pertagas seperti yang selama ini terjadi.

Danny menyebut, pembentukan holding BUMN Migas akan meningkatkan kapasitas investasi pengembangan sektor gas sebesar 9,5 miliar dolar AS pada periode 2017 sampai 2030 mendatang. Secara keseluruhan integrasi PGN ke Pertamina dan Pertagas ke PGN akan meningkatkan kapasitas investasi sebesar 32 miliar dolar AS sampai 2030 mendatang.

"Artinya akan semakin banyak jaringan pipa gas yang kami bangun ke depannya dengan harapan bisa melayani lebih banyak lagi pelanggan," kata Danny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement