REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) disarankan menggandeng PT Chevron Pasifik Indonesia (CPI) dalam mengelola ladang minyak Blok Rokan. Hal itu untuk meringankan beban keuangan Pertamina sekaligus memanfaatkan teknologi CPI yang sudah lebih berpengalaman mengelola Blok Rokan.
Pakar Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan meski laporan keuangan Pertamina dalam lima tahun terakhir (2013-2017) selalu mencetak laba bersih. Hanya saja, kata dia, laba yang dihasilkan trennya menurun.
Mengutip laporan keuangan Pertamina, sepanjang tahun 2013, Pertamina mencetak laba hingga 3,3 miliar dolar AS. Namun, pada 2017, perolehan labanya turun menjadi 2,5 miliar dolar AS.
Fahmy mengatakan, penurunan laba Pertamina akibat menanggung biaya penugasan penjualan BBM Premium dan Solar ketika harga minyak dunia tinggi. “Ini tidak sebabkan Pertamina merugi. Cuma yang ditanggung Pertamina adalah potential lost,” ujar Fahmy kepada Republika.co.id, Rabu (1/8).
Untuk itu, lanjut Fahmy, ada baiknya jika Chevron kembali digandeng Pertamina dalam mengelola Blok Rokan mulai 2021 mendatang. Menurutnya, kedua perusahaan migas ini bisa saling cost sharing, profit sharing, dan risk sharing.
Hal tersebut, kata Fahmy, merupakan hal biasa dalam dunia bisnis perminyakan. “Ini akan meringankan beban Pertamina tadi. Meskipun sejauh ini secara keuangan Pertamina belum mencatatkan rugi,” tutur dia.
Dari segi kapabilitas sumber daya manusia (SDM), Fahmy mengatakan Pertamina sudah cukup mampu dan berpengalaman dalam mengelola ladang minyak. "Andai SDM Pertamina belum mumpuni, para pekerja Chevron bisa dilibatkan. Apalagi, sekitar 90 persen pekerja Chevron adalah warga negara Indonesia," paparnya.
Menurut Fahmy, kemampuan SDM menjadi sangat penting. Sebab, jangan sampai produksi Blok Rokan pascadikelola oleh Pertamina turun. Karena, ungkapnya, hal yang harus paling ditekankan dalam alih kelola ini adalah soal produksi minyak.
“Minimal sama dengan produksi yang dihasilkan Chevron. Syukur kalau Pertamina bisa menaikkan produksi,” ujarnya.