Kamis 26 Jul 2018 15:09 WIB

BI Manfaatkan Big Data untuk Neraca Pembayaran

BI akan bekerja sama dengan perusahaan jasa distribusi global

Transaksi perbankan lewat ponsel (ilustrasi)
Foto: en.pulsosocial.com
Transaksi perbankan lewat ponsel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Bank Indonesia (BI) akan memanfaatkan Big Data untuk memperkuat data neraca pembayaran menjadi lebih singkat yang saat ini dirilis secara kuartalan. Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati mengatakan saat ini BI tengah dalam proses untuk bekerja sama dengan perusahaan jasa distribusi global.

"Kan dia ada tiga global distribution system-nya. Kita sudah bekerja sama dengan salah satunya. Ini masih dalam proses untuk bisa meng-capture semua in dan out Indonesia. Kami perlu itu untuk melacak wisman untuk data neraca jasa dalam neraca pembayaran. Sekarang kan survei ya, jadi ada 'time-lag'," ujarnya saat jumpa pers di Nusa Dua, Bali, Kamis (26/7).

Melonjaknya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mendorong tumbuhnya surplus neraca pembayaran Indonesia untuk sektor jasa perjalanan pada kuartaI I 2018. BI mencatat, surplus neraca pembayaran jasa-jasa perjalanan pada kuartal I 2018 tumbuh 64,6 persen menjadi 1,67 miliar dolar AS dari kuartal IV 2017 dan juga meningkat 18,7 persen dari kuartal yang sama 2017.

Meningkatnya surplus neraca pembayaran sektor jasa perjalanan pada tiga bulan pertama 2018 didorong oleh naiknya ekspor jasa perjalanan sebesar 13,45 persen menjadi 3,49 miliar dolar AS dibanding kuartal sebelumnya. Sementara impor jasa perjalanan hanya tumbuh 11,64 persen menjadi 1,82 milia dolar AS.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, wisman yang berkunjung ke Indonesia sepanjang kuartal pertama 2018 tumbuh 14,87 persen menjadi 3,67 juta jiwa dibanding kuartal pertama 2017. Turis asing didominasi dari negara Tiongkok, Malaysia, Timor Leste, serta Singapura.

"Ini masih proses, itu lagi proyek, kita sekarang untuk 'improving' data wisatawan asing," ujar Yati.

Selain dengan perusahaan jasa distribusi global, bank sentral juga terus berupaya meningkatkan akses ke perusahaan-perusahaan-perusahaan lain seperti otomotif dan properti. "Misalnya ke otomotif, transaksi-transaksi otomotif untuk membentuk leading indicator ekonomi ke depan. Jadi bagaimana demand and supply dari otomotif, properti, bagaimana permintaan tenaga kerja atau suplai tenaga kerja itu. Kita ekstrak datanya juga dari portal-portal online, juga dari koran-koran," ujar Yati.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement