Rabu 25 Jul 2018 14:23 WIB

Tak Lulus Uji Kir Buat Pengemudi Truk Enggan Pakai Biodiesel

Penggunaan bahan bakar biodiesel di sektor transportasi masih rendah.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
  Antrean truk pengangkut barang.  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Antrean truk pengangkut barang. (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan bahan bakar biodiesel di sektor transportasi dalam negeri masih sangat rendah. Salah satu kendala rendahnya serapan penggunaan biodiesel di sektor transportasi dikarenakan kendaraan yang memakai biodiesel sebesar 20 persen tidak lulus saat dilakukan uji kir.

Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia, Gemilang Tarigan, menjelaskan, hal ini menjadi salah satu alasan mengapa beberapa truk masih memilih untuk mengonsumsi Pertamina Dex dibandingkan harus memakai biodiesel. Gemilang menjelaskan, pihaknya sudah melakukan uji coba pada 40 ribu unit truk yang diisi oleh biodiesel.

"Lalu pas kita uji coba kir, ternyata nggak lulus kir," ujar Gemilang di kantor Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Rabu (25/7).

Baca juga, Pemerintah Uji Coba Kereta Biodiesel

Ia mengatakan, hal itu disebabkan persepsi yang ada di Kementerian Perhubungan masih memakai uji emisi dengan standar Euro 2. "Ketika standar emisi kita Euro 2 terus kita pakai solar ini, ini yang perlu diperjelas," katanya menambahkan.

Gemilang juga menjelaskan, tak hanya dalam persoalan kir, dari uji coba yang dilakukan penggunaan biodiesel untuk mesin mengakibatkan adanya endapan dan masalah di mesin. Meski tidak sampai merusak kendaraan, menurutnya, pihak pemilik truk perlu mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan perawatan.

"Kita sudah lakukan percobaan, masalahnya di mesin dan endapan. Waktu itu, saya coba Isuzu untuk waktu tiga tahun. Common real engine mereka harus men-down grade mesinnya ke biodiesel 20 persen. Jepang sempat uji kestrel, mereka juga pakai common real engine, ada masalah sedimen di pipa dan injektor bermasalah," papar Gemilang.

Selain itu, kata Gemilang, konsumsi biodiesel juga lebih banyak dibandingkan jika kendaraan memakai solar biasa. Ia mencontohkan, jika truk menempuh perjalanan dari Jakarta-Surabaya biasanya membutuhkan 230 liter untuk solar dengan menggunakan biodisel 20 persen perlu mengonsumsi bahan bakar hingga 250 liter.

Ia mengatakan, dari asosiasi memang sampai saat ini masih belum memasifkan penggunaan biodiesel sampai mendapatkan jaminan dari pemerintah terkait skema hingga sinkronisasi antarkementerian lembaga. "Posisi kita memang masih menolak, kecuali ada solusi dari pemerintah untuk implementasi ini. Konsumsi BBM bukan sesuatu yang bisa dihindari. Bisa bertambah, tapi bukannya nanti malah jadi nambah emisi," ujar Gemilang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement