Jumat 13 Jul 2018 18:32 WIB

Delapan Perusahaan Fintech Kerja Sama Pencegahan Fraud

Delapan perusahaan fintech ini akan melakukan sharing data daftar hitam antaranggota

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nidia Zuraya
Fintech Lending. Ilustrasi
Foto: Google
Fintech Lending. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delapan perusahaan financial technology (fintech) membuat proyek kerja sama yang bertujuan untuk menghindari fraud alias penipuan. Ketua Asosiasi Fintech Indonesia Ajisatria Suleiman mengatakan, kerja sama itu dilakukan dengan sharing data daftar hitam perusahaan masing-masing.

"Kita akan sharing data fraud antaranggota. Kalau dia sudah fraud di satu lending, jangan sampai fraud di lending lainnya," ujarnya, saat ditemui wartawan di Fintech Fair 2018 di Jakarta, Jumat (13/7).

Menurut Aji, jumlah fraud yang tercatat di perusahaan fintech cukup banyak. Lebih dari setengah Non Performing Loan (NPL) alias kredit macet berasal dari fraud. Karena itu, kolaborasi antarsesama perusahaan fintech difokuskan untuk mencegah penipuan tersebut.

Baca juga, Fintech P2P Lending Berbasis Agunan Hadir di Indonesia

"Kalau ada yang tidak bayar karena tadinya ada pekerjaan lalu tiba-tiba dipecat, pasti bayar meski mundur 2-3 bulan. Tapi yang benar-benar hilang, kemungkinan besar fraud," tutur Aji.

Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hendrikus Passagi, menambahkan NPL dari peer to peer lending saat ini tercatat 0,58 persen. Angka itu menurun dari NPL yang tercatat pada awal tahun lalu, yaitu di atas satu persen.

Menurut Hendrikus, kecenderungan NPL terus menurun karena artifical intelligence machine alias mesin cerdas buatan, yang digunakan untuk melakukan penilaian dalam peer to peer lending, makin canggih. "Mengapa mesin cerdas buatan ini makin cerdas? Sebab semakin banyak data yang diterima dan dikelola," ujarnya.

OJK mencatat, hingga kini konsep peer to peer lending dalam fintech telah melayani hampir 2 juta orang. Adapun nilai yang disalurkan sampai Juni 2018 hampir mencapai Rp 7 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement