Rabu 11 Jul 2018 18:41 WIB

Prajogo Pangestu Beli 22,9 Juta Saham Publik Barito Pacific

Total kepemilikan saham Prajogo di Barito Pacific saat ini mencapai 77,1 persen

Seorang pialang memantau pergerakan harga saham
Foto: Prasetyo Utomo/Republika
Seorang pialang memantau pergerakan harga saham

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prajogo Pangestu, selaku pemegang saham utama PT Barito Pacific Tbk (BRPT), telah melakukan pembelian 22,9 juta saham dari publik. Dengan pembelian ini, maka total kepemilikan saham Prajogo di Barito Pacific menjadi 77,1 persen.

"Efeknya bagus, sebagai owner atau pemilik melihat harga saham BRPT saat ini sudah murah sekali. BRPT masih di bawah harga wajar, hal ini bisa menjadi menjadi sentimen positif bagi investor publik dan institusi untuk masuk," kata Kepala Analis Narada Kapital Indonesia Kiswoyo menanggapi aksi koroporasi Prajogo Pangestu di Jakarta, Kamis (11/7).

Sebelumnya, dalam Penawaran Umum Terbatas (PUT) II atau rights issue yang telah selesai pada Juni 2018, Prajogo Pangestu telah melaksanakan haknya sebesar Rp 7,4 triliun dan melakukan pemesanan tambahan sebesar Rp 1,4 triliun pada harga Rp 2.330 per saham sehingga meningkatkan kepemilikannya dari 71,2 persen menjadi 77,1 persen.

Terkait pelaksanaan rights issue, BRPT menggunakan hasil PUT II untuk mengakuisisi Star Energy. Sebagai produsen energi panas bumi terbesar di Indonesia dan kedua di dunia berdasarkan kapasitas produksi, Star Energy akan membantu diversifikasi pendapatan BRPT dengan arus kas kontraktual jangka panjang.

Star Energy saat ini memiliki kapasitas 875 MW dan memiliki rencana untuk meningkatkan menjadi 1.200 MW dalam lima tahun ke depan.

Terkait hal itu, Kiswoyo mengatakan,  prospek bisnis BRPT  akan meningkat pasca akuisisi Star Energy. Merujuk harga saham BRPT saat ini, menurut Kiswoyo sangat murah.

Dia melihat, aksi penambahan saham Prajogo di Barito merupakan kepedulian dan optimisme owner terhadap perusahaannya. Tentunya, hal itu akan menjadi sentimen positif bagi investor publik maupun ritel.

Dengan begitu, jelas Kiswoyo, investor tidak akan bingung lagi terkait harga wajar BRPT di pasar saham Indonesia. "Owner-nya saja berani, apalagi investornya. Investor sebelumnya bingung, karena orang tahu kan sebelum harga naik, pasti harus masuk. Jadi ini akan banyak masuk dari para investor," ujar Kiswoyo.

Berdasarkan perhitungan yang ada, lanjut Kiswoyo, harga saham Barito akan makin meningkat pula. Dia memperkirakan, posisi harga saham Barito bisa mencapai Rp3.000 per saham.

Kenaikan harga saham Barito, dia mengaku, karena bisnis Barito Pacific tidak memiliki kompetitor. Sehingga, bisnis yang dijalankannya akan melenggang terus. Pada akhirnya berdampak baik bagi kinerja keuangan perseroan ke depannya.

"Kinerja BRPT utamanya ditopang oleh Chandra Asri/TPIA dengan bisnis petrokimianya. Di sini kan kebutuhan petrokimia masih banyak dipenuhi impor. Di Indonesia hanya grup Barito satu-satunya perusahaan petrokimia yang terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Ditambah lagi ada Star Energy, maka akan memberikan nilai tambah lebih bagi Barito," ungkap dia.

Seperti diketahui, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, anak entitas BRPT yang merupakan satu-satunya perusahaan petrokimia terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Baru-baru ini telah menyelesaikan pemilihan teknologi untuk komplek petrochemical kedua dengan perkiraan investasi sekitar 4-5 miliar dolar AS.

Komplek petrokimia kedua akan terdiri dari 1,1 MMTA ethylene dengan berbagai produk hilir, yang ditargetkan beroperasi pada awal tahun 2024.

BRPT juga memiliki operasi greenfield sebagai produsen listrik independen melalui kerja sama  dengan PT Indonesia Power untuk proyek pembangkit listrik PLTU Suralaya 9-10 Ultra Super Critical (2 x 1.000 MW) dengan total biaya proyek sebesar 3,1 miliar dolar AS. Proyek tersebut telah mengumumkan pemilihan EPC dan menargetkan financial closing pada kuartal I-2019.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement