Rabu 11 Jul 2018 13:02 WIB

BTN akan Akuisisi Perusahaan Manajemen Investasi

Perusahaan manajemen investasi ini nantinya akan mengelola dana Tapera

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
 Direktur Utama Bank BTN Maryono.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Direktur Utama Bank BTN Maryono.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara, Tbk (BTN) akan mengakuisisi perusahaan manajemen investasi. Aksi korporasi tersebut dilakukan demi menggarap potensi pendanaan jangka panjang setelah beroperasinya Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera).

 

Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, dalam payung hukum terkait Tapera, entitas bank diberikan dua opsi pilihan untuk mengelola dana tersebut yakni sebagai bank kustodian atau memiliki perusahaan manajemen investasi. Dari hasil kajian bisnis perseroan, lanjutnya, perseroan memutuskan untuk mengambil opsi kedua.

Ke depannya, perusahaan manajemen investasi yang akan diakuisisi tersebut akan mengelola dana Tapera secara profesional dan komersial. "Pada September tahun ini, kami akan membeli perusahaan manajemen investasi. Ini sebagai salah satu langkah kami mengamankan sumber pembiayaan jangka menengah panjang termasuk yang bersumber dari Tapera," ujar Maryono melalui siaran pers, Rabu (11/7).

 

Maryono menambahkan, langkah strategis itu juga dilakukan melihat prospek yang semakin cerah usai relaksasi aturan uang muka atau Loan to Value (LTV) di sektor perumahan ditetapkan Bank Indonesia (BI). "Kebijakan tersebut menjadi keuntungan bagi Bank BTN yang bisnis inti di bidang pembiayaan perumahan," katanya.

 

Maryono meyakini, dengan adanya relaksasi aturan LTV, perseroan akan mampu mencapai target pertumbuhan pembiayaan pada tahun ini. Apalagi, tambah dia, mulai paruh kedua tahun ini, BTN sudah bisa menggunakan dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

 

Skema FLPP pada tahun ini, dinilainya akan menguntungkan posisi BTN. Pasalnya, pada skema baru tersebut, sebanyak 75 persen dananya berasal dari pemerintah, sedangkan 25 persen sisanya bersumber dari PT Sarana Multigriya Finansial (SMF). Dengan penambahan fasilitas tersebut, BTN juga bisa menggunakan dua sumber pembiayaan, yakni Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan FLPP.

 

Untuk memperkokoh sumber pembiayaan, tutur Maryono, BTN juga terus berinovasi mengembangkan berbagai produk low-cost fund. Diantaranya, perseroan telah menyiapkan program menarik untuk produk tabungan dan giro.

"Kami telah menyiapkan program low-cost fund yang menarik untuk mendukung rencana pembiayaan kami yang ekspansif. Semua langkah tersebut kami siapkan agar BTN tetap menjadi leader di bidang perumahan dan kami optimistis target bisnis pada tahun ini akan tercapai," tutur Maryono.

 

Sementara itu, hingga Mei 2018, BBTN telah menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) senilai Rp 187,61 triliun. Posisi DPK tersebut tercatat naik 17,15 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 160,14 triliun pada bulan sama tahun sebelumnya.

Laju pertumbuhan simpanan masyarakat di Bank BTN tersebut juga terpantau masih berada di atas rata-rata posisi kenaikan DPK di industri perbankan nasional. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pertumbuhan DPK secara industri hanya naik di level 8 persen yoy pada April 2018.

 

Dari sisi penyaluran kredit dan pembiayaan, per Mei 2018, BTN telah menyalurkan fungsi intermediasi senilai Rp 209,23 triliun atau tumbuh 20,58 persen yoy dari Rp 173,52 triliun. Sebaliknya, data OJK menyebutkan kredit perbankan secara nasional hanya tumbuh sebesar 9 persen yoy per April 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement