REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat 47 poin menjadi Rp 14.328 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.375 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Senin (9/7), mengatakan, masih adanya potensi pelemahan pada dolar AS. Terutama dengan pelemahan pada beberapa data ekonomi AS membuat rupiah kembali terapresiasi.
"Masih meningkatnya klaim pengangguran yang dibarengi dengan tingginya angka pengangguran dan kenaikan angka inflasi serta pertumbuhan angka gaji di bawah perkiraan sebelumnya, diharapkan dapat menjadi faktor penyeimbang untuk mempertahankan Rupiah di zona hijaunya," ujar Reza.
Rupiah pada Senin ini diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp14.378 hingga Rp14.359 per dolar AS. Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, rupiah mampu bergerak positif, bahkan melampaui target resisten Rp14.395 menuju ke Rp 14.365-Rp14.363 per dolar AS meski diiringi masih adanya kekhawatiran pasar terhadap imbas perang dagang yang dapat meningkatkan permintaan atas mata uang safe haven.
Di sisi lain, sejumlah mata uang lainnya terlihat menguat setelah pelaku pasar menahan diri terhadap dolar AS jelang dirilisnya data-data ketenagakerjaan.
Baca juga, Mengapa Rupiah Kembali Loyo?
Bahkan berkebalikan dengan kekhawatiran yang terjadi di dalam negeri, sejumlah mata uang lain juga menguat terhadap yuan. Ini seiring kekhawatiran adanya perang dagang dapat menghalangi akselerasi pertumbuhan ekonomi Negara Tirai Bambu itu. Akibatnya, rupiah pun di pasar spot valas ikut terimbas naik seiring dengan pelemahan yuan dan dolar.
Senada dengan rupiah, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin dibuka menguat sebesar 24,95 poin atau 0,44 persen ke posisi 5.719,86. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak naik 6,31 poin (0,7 persen) menjadi 901,69.
"Pergerakan rupiah diharapkan dapat kembali positif untuk mendukung pembalikan arah naik dari IHSG," kata Reza.
Menurut Reza, ketahanan IHSG dan psikologis pelaku pasar pun akan kembali diuji terhadap sentimen di pekan ini. Pergerakan IHSG akan cenderung berada di kisaran "support" 5.618-5.723 dengan masih adanya sikap berlebihan dari pelaku pasar dalam menanggapi sentimen.
"Terutama imbas terjadinya perang dagang setelah diberlakukannya kebijakan pengenaan tarif dari kedua negara, baik AS maupun Tiongkok," kata Reza.
IHSG diperkirakan dapat bertahan di atas support 5.618-5.723 untuk mencegah kembali melemah lebih dalam lagi. Resistensi diharapkan dapat menyentuh kisaran 5.748-5.773 untuk mengonfirmasi kenaikan lanjutan.
Sebelumnya, tekanan jual masih berlanjut dan tak kunjung usai pada perdagangan pada akhir pekan kemarin. Pelaku pasar masih belum berubah. Belum terlihat kembali masuk dan cenderung menahan diri dalam menyikapi sentimen yang ada.
Padahal laju sejumlah indeks saham Asia cenderung positif dan bahkan rupiahpun mampu kembali terapresiasi. Kali ini saham-saham keuangan dan konsumer yang dilepas pelaku pasar sehingga makin memperberat kinerja IHSG. Pelaku pasar saat itu, antisipasi rilis cadangan devisa Juni yang diperkirakan mengalami penurunan.
Bursa regional sendiri juga menguat di antaranya Nikkei naik 250 poin (1,15 persen) ke 22.038,14, indeks Hang Seng naik 446,87 poin (1,58 persen) ke 28.762,49, dan Straits Times menguat 27,43 poin (0,86 persen) ke posisi 3.219,25.