REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan merumuskan upaya menahan barang-barang impor ke Indonesia untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan. Akan tetapi, ia menyebut, hal itu akan dilakukan dengan cermat agar tidak berdampak negatif pada pertumbuhan.
"Ya, jangan barang modalnya. Makanya, saya bilang harus dirumuskan yang persis. Kalau barang modalnya akan kena pertumbuhannya," ujar Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Jumat (6/7).
Menurut Darmin, hal yang perlu dicermati adalah impor migas. Hal itu lantaran sektor migas menjadi penyebab defisit neraca dagang Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang Indonesia dari Januari hingga Mei 2018 mengalami defisit 2,83 miliar dolar AS. Hal itu didorong oleh defisit perdagangan migas sebesar 5 miliar dolar AS tetapi terkompensasi oleh surplus perdagangan nonmigas sebesar 2,2 miliar dolar AS. Dalam rentang Januari hingga Mei 2018, neraca dagang bulanan mengalami defisit sebanyak empat kali. Satu-satunya neraca dagang mencatat surplus adalah pada Maret 2018.
"Migas perlu diperlambat impornya. Caranya bagaimana? Bisa macam-macam, bisa biodieselnya dinaikkan," kata Darmin.
Terkait neraca perdagangan ke depan, Darmin berharap bisa kembali mencatatkan surplus. Akan tetapi, ia meyakini, hal itu belum akan tercapai pada perdagangan Juni 2018. "Saya kalau Juni belum percaya. Tapi ya kita ingin (defisit) jangan lama," kata Darmin.
Baca: Pemerintah Bentuk Satgas Atasi Defisit Neraca Perdagangan