Senin 25 Jun 2018 21:02 WIB

Pengamat Nilai OJK Mampu Jaga Stabilitas Keuangan Nasional

Nilai mata uang negara lain mengalami depresiasi lebih rendah dari rupiah

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di atas Rp 14 ribu, namun stabilitas sektor keuangan Indonesia, dianggap masih kokoh dibanding negara berkembang lainnya President Director Center for Banking Crisis (CBC), Achmad Deni Daruri berpendapat, kondisi ini disebabkan oleh kebijakan fiskal pemerintah yang akomodatif dan kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang menjalankan pengawasan secara kredibel.

Pengawasan OJK, menurut Deni, selaras dengan kebijakan menekan pengeluaran (expenditure switching), yang sedang dijalankan pemerintah untuk menghidupkan sektor riil. "Dalam pemerintahan Jokowi dengan dukungan jangkar sektor keuangan yang dilakukan OJK, maka pelemahan rupiah bukan saja terukur tetapi juga berdampak positif bagi sektor keuangan nasional,” kata Deni dalam siaran pers kepada Republika.co.id, Senin (25/6).

Padahal, Deni menambahkan, defisit necara berjalan terhadap produk domestik bruto (PDB), Indonesia sama dengan India. Tengok saja, rupiah melemah terhadap dolar AS, sebesar 4,8 persen per 20 Juni dibandingkan setahun lalu. Sementara, lira Turki melemah 33,5 persen pada periode yang sama. Begitu pula peso Filipina yang melemah 72,67 persen pada periode yang sama.

Demikian juga rupee India melemah 5,58 persen pada periode yang sama. Artinya rupee melemah lebih cepat dari rupiah, karena stabilitas sektor keuangan di Indonesia lebih  stabilitas dibandingkan India. Ia mengatakan, stabilitas sektor keuangan di India relatif lebih lemah karena pengaruh  redenominasi mata uang yang membuat sektor keuangan terkena dampak penerapan redenominasi.

Bagaimana dengan pasar modal? Deni menggambarkan dalam denominasi dolar AS, dibandingkan dengan harga saham gabungan akhir tahun 2017, indeks harga saham gabungan (IHSG) Indonesia, India, Argentina dan Turki masing-masing terkoreksi 9,8 persen, 3,2 persen, 34,2 persen, dan 34,4 persen. "Ini memperlihatkan bahwa kondisi pasar modal di Indonesia juga secara relatif tidak drop seperti yang terjadi di Turki dan Argentina," kata dia.

Dengan terjaganya stabilitas keuangan di tengah depresiasi mata uang yang terkelola dengan baik, maka Deni menyimpulkan, secara langsung atau tidak langsung OJK terbukti telah melakukan peran penting dalam memperbaiki kinerja neraca berjalan di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement