Senin 25 Jun 2018 18:13 WIB

Pemerintah Genjot Devisa Ekspor dan Pariwisata

Defisit neraca perdagangan Indonesia pada tahun ini terus melebar

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nidia Zuraya
Neraca perdagangan RI terseok di awal tahun
Foto: republika
Neraca perdagangan RI terseok di awal tahun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan fokus pemerintah dalam jangka pendek adalah menggenjot penerimaan devisa dari ekspor dan pariwisata. Hal itu guna mengurangi defisit neraca perdagangan yang sepanjang tahun ini terus melebar.

"Kita akan mendukung kegiatan ekonomi yang menghasilkan devisa ekspor dan pariwisata," kata Sri di Jakarta, Senin (25/6).

Ia mengaku, komposisi impor Indonesia saat ini untuk menunjang sektor produksi. Seperti diketahui, impor pada Januari hingga Mei 2018 masih didominasi golongan bahan baku sebesar 74,53 persen, barang modal 16,25 persen, dan barang konsumsi 9,22 persen.

Oleh karena itu, menurut Sri, pemerintah saat ini tidak bisa menekan laju impor yang tumbuh 28,12 persen (yoy) pada Mei 2018. "Kalau menurunkan impor bisa menekan pertumbuhan ekonomi," kata Sri.

Sri mengaku, sektor pariwisata dan ekspor bisa menjadi jawaban untuk mengurangi defisit neraca pembayaran sekaligus menjaga pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka menengah dan panjang, kata Sri, pemerintah akan meningkatkan industri dalam negeri sehingga kebutuhan bahan baku dan barang modal bisa dipenuhi tanpa perlu impor.

Senada dengan Sri, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara mengaku komponen impor bermanfaat bagi perekonomian di masa yang akan datang. "Impor kita terkait pembangunan infrastruktur. Sekarang impor, nanti dia akan berdampak memperbesar kapasitas perekonomian. Jadi, kita bisa produksi lebih besar lagi," kata Suahasil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement