Jumat 22 Jun 2018 12:34 WIB

Mentan Blacklist Lima Importir Bawang Bombai Mini

Lima importir ini diduga melakukan penipuan yang merugikan konsumen dan petani

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Pertanian Amran Sulaiman
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menteri Pertanian Amran Sulaiman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memasukkan lima perusahaan importir bawang bombai mini dalam daftar hitam atau blacklist. Lima importir ini diduga melakukan penipuan dengan mengimpor bawang bombai mini untuk dijual sebagai bawang merah sehingga dapat merugikan konsumen dan petani.

"Kami mem-blacklist lima perusahaan karena ini menyusahkan petani kita, juga memberatkan konsumen sehingga inflasi kemudian pada akhirnya terjadi kemiskinan," kata Menteri Amran dalam konferensi pers di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jakarta, Jumat (22/6).

Kelima perusahaan yang masuk blacklist (daftar hitam) tersebut yakni PT TAU, PT SMA, PT KAS, PT FMP, dan PT JS, kini sedang diproses oleh Bareskrim Mabes Polri. Kementerian Pertanian juga akan menghentikan rekomendasi impor produk hortikultura berikutnya dari perusahaan tersebut.

Amran menegaskan kelima perusahaan juga tidak boleh lagi berbisnis pada sektor bawang merah dan bawang bombai, serta membuat perusahaan baru untuk mengimpor produk hortikultura. Solusinya, Kementerian Pertanian akan mengundang perusahaan Badan Usaha Milik Desa (BUMD) untuk mengimpor sendiri bawang bombai mini.

"Kami minta yang bersangkutan tidak boleh lagi berbisnis bawang merah, bawang bombai. Yang kedua, termasuk membuat perusahaan baru, kami tetap blacklist, cara apa pun kami tetap blacklist," kata dia.

Amran menyatakan Kementerian Pertanian sesuai Kepmentan 105/2017, telah menutup impor bawang bombai berukuran diameter kurang dari lima cm (atau biasa disebut bawang bombai mini). Hal itu karena bentuknya menyerupai bawang merah lokal sehingga berpotensi mengelabui konsumen dan merugikan petani lokal.

Selain itu, bawang bombai mini ini masuk ke pasaran dan dijual sebagai bawang merah dengan harga jauh lebih murah. Akibatnya, harga bawang merah lokal anjlok drastis.

Modus penipuan ini biasanya dilakukan dengan menyelipkan karung-karung berisi bombai mini di kontainer sisi dalam sehingga menyulitkan pemeriksaan petugas. Kementan mensinyalir bawang bombai mini masuk melalui pintu pelabuhan Tanjung Perak dan Belawan.

Disparitas Harga

Menurut catatan Kementerian Pertanian, importir yang diduga melanggar ketentuan tersebu, hingga Juni 2018 memegang Surat Persetujuan impor (SPI) sebanyak 73 ribu ton.

Harga kulakan dari negara asal India hanya sekitar Rp 2.500 per kg. Jika ditambah biaya-biaya pengiriman, "clearance" dan sebagainya, biaya pokok di Indonesia menjadi sekitar Rp 6.000 per kg.

Harga distributor sekitar Rp 10 ribu per kg dan harga di tingkat eceran sekitar Rp 14 ribu per kg lebih. Ada keuntungan bawang bombai mini sebesar Rp 8.000 per kg.

Sementara itu, harga bawang merah lokal di petani saat ini berkisar Rp 18 ribu dan di pasar ritel rata rata sekitar Rp 25 ribu per kg. "Disparitas harga inilah yang dimanfaatkan oleh spekulan untuk meraup keuntungan. Dampaknya konsumen tertipu dan petani bawang merah dirugikan," terang Amran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement