REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia terus mendorong ekspor komoditas pertanian ke luar negeri. Salah satu pasar yang sedang dibidik adalah Rusia.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, selama ini Rusia merupakan pasar Crude Palm Oil (CPO) yang cukup baik. Namun, ekspor komoditas pertanian ke negara tersebut akan diperluas.
"Kita akan kerja sama perkuat CPO kita, dan juga manggis, salak. Kita akan ekspor ke Rusia," ujar dia sehabis bertemu dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Verobieva di ruangannya, Jumat (8/6).
Selain dua buah tersebut, nanas juga masuk dalam komoditas yang akan diekspor. Rencana ekspor ini juga telah mendapat persetujuan Verobieva. "Kami terbuka dengan buah Indonesia masuk ke Rusia," kata dia.
Baca juga, Rusa Tetap Jadi Pasar Kelapa Sawit Indonesia.
Verobieva mengatakan, baik Indonesia maupun Rusia merupakan negara produsen pertanian yang cukup besar. Keduanya saling membutuhkan hasil pertanian yang berbeda. Apalagi iklim di Rusia yang merupakan subtropis menyulitkan tumbuhnya buah-buahan tropis.
Ia menekankan hal terpenting agar komoditas pertanian yang akan masuk memenuhi kemanan pangan, begitu juga semua persyaratan di Rusia dan aturan Eropa.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Banun Harpini saat menggelar Bulan Bakti Karantina di Gedung Angkasa Pura II mengatakan, terjadi peningkatan ekspor manggis.
Pada 2017, Indonesia berhasil mengekspor 10.200 ton manggis ke lebih dari 20 negara. Pada tahun ini, dengan telah dibukanya pasar manggis ke Cina, ditargetkan tahun 2018 mencapai ekspor sebanyak 20 ribu ton manggis ke penjuru dunia.
"Dan ternyata sampai dengan bulan Mei 2018 telah berhasil diekspor sebanyak 29.500 ton," ujarnya.
Nilai tambah bagi petani manggis diakuinya juga langsung dirasakan. Jika untuk pasar domestik petani menerima Rp 8.000 per kg, dengan pendampingan khusus untuk perlakuan ekspor sesuai dengan persyaratan negara tujuan, petani dapat menjual dengan harga Rp 20 ribu sampai dengan Rp 30 ribu per kg.
Pada 2018, Barantan telah menyelesaikan sembilan protokol ekspor komoditas hortikultura. Seperti mangga dengan tujuan Australia menggunakan teknik perlakuan iradiasi. Ada juga salak yang ke Selandia Baru serta tujuh komoditas ke Ukraina, yaitu salak, mangga, manggis, buah naga, jeruk nipis, nanas, dan pisang.
Selain itu, ia menambahkan, pada tahun ini juga sedang dilakukan verifikasi terhadap nanas Indonesia untuk tujuan ekspor Amerika Serikat (AS), serta buah naga dan nanas ke Cina.
Badan Pusat Statistik menyebutkan nilai ekspor pertanian tahun 2017 sebesar 33,1 miliar dolar AS, naik 24 persen dibandingkan ekspor 2016 sebesar 26,7 miliar dolar AS. Sebaliknya, impor makin menurun, terlihat dari kinerja 2017 yang memperoleh surplus 15,9 miliar dolar AS atau naik 48,8 persen dibandingkan tahun 2016 yang surplus 10,9 miliar dolar AS.