Selasa 29 May 2018 15:56 WIB

Jokowi: Menguatnya Dolar Amerika Fenomena Global

Berbagai kebijakan moneter yang dilakukan BI dapat berjalan sangat baik

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Budi Raharjo
Mata uang dolar AS. (ilustrasi)
Foto: Republika/ Wihdan
Mata uang dolar AS. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut menguatnya nilai tukar mata uang dolar AS terhadap rupiah tak hanya dialami oleh Indonesia. Namun juga seluruh negara turut mengalami hal serupa.

"Ini fenomena global. Semua negara mengalami," ujar Jokowi di Uhamka, Jakarta Timur, Selasa (29/5).

Ia mengaku selalu memerintahkan Menko Perekonomian serta Menteri Keuangan untuk menyiapkan berbagai langkah yang konkret untuk membantu Bank Indonesia mengendalikan rupiah. Jokowi pun menyambut baik menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar pada awal pekan ini. "Ya Alhamdulillah. Kemarin kita lihat sudah mulai di bawah Rp 14 ribu," ujarnya.

Menurut dia, berbagai kebijakan moneter yang telah dilakukan dan diantisipasi oleh Bank Indonesia dapat berjalan sangat baik dalam mengendalikan rupiah.

Seperti diketahui, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), pada awal pekan ini rupiah ada di level Rp 14.065 per dolar AS. Angka itu menguat dibandingkan posisi pada akhir pekan lalu, Jumat (25/5), yang sebesar Rp 14.166 per dolar AS.

Pada awal perdagangan pekan ini, Senin (28/5), nilai tukar rupiah pun berhasil terus menguat. Rupiah ditutup menguat 130 poin atau 0,92 persen di Rp 13.995 per dolar AS.

Sebelumnya, ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, kabar mengenai akan dinaikkannya produksi minyak oleh Rusia dan Arab Saudi mendorong dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang dunia. "Kabar itu dapat membuat harga-harga minyak melemah dan berimbas pada komoditas lainnya," katanya.

Ia menambahkan,  apresiasi dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia juga ditopang oleh sentimen ketidakpastian politik di Eropa. Kendati demikian, ia mengatakan bahwa sentimen mengenai imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang menurun seiring sikap dovish The Fed atau Bank Sentral AS setelah keluarnya notulensi rapat FOMC bulan Mei.

 

"Tercatat yield obligasi AS turun sebesar 7 basis poin sejak notulensi dirilis dan kini berada di level 2,93 persen."

Ia memproyeksikan nilai tukar rupiah dapat kembali bergerak menguat terhadap dolar AS seiring melemahnya yield obligasi AS itu. Kenaikan tingkat suku bunga di dalam negeri juga turut menjaga stabilitas rupiah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement