nilaiREPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar Rupiah Indonesia merosot ke level terendah selama dua tahun terakhir. Rupiah sempat menyentuh Rp 13.900 dan memicu kekhawatiran pasar.
Research Analys FXTM, Lukman Otunuga, menyatakan, Bank Indonesia diminta untuk campur tangan dalam upaya menghentikan depresiasi Rupiah karena harga naik tipis mendekati Rp 13.900 per dolar AS. Ketika mata uang lokal bisa stabil dan bahkan mengalami apresiasi dalam waktu dekat, keuntungan kemungkinan akan tetap dibatasi oleh faktor eksternal.
"Meskipun Bank Sentral Indonesia telah membeli obligasi negara dan menjual mata uang dalam jumlah yang cukup besar untuk mempertahankan Rupiah, pertanyaannya adalah untuk berapa lama," kata Lukman melalui siaran pers, Rabu (25/4).
Dengan meningkatnya imbal hasil obligasi dan prospek suku bunga AS, Rupiah bersama dengan mata uang emerging market lainnya dapat merasakan panas. "Bank Indonesia mungkin mendapati dirinya di bawah tekanan yang meningkat untuk menjaga stabilitas Rupiah jika Dolar terus menguat," katanya.
Baca juga, Perbankan Waspadai Nilai Tukar Rupiah.
Lukman menambahkan, para trader akan terus mengamati dengan seksama bagaimana USDIDR berperilaku di bawah level Rp 13.900 per dolar AS. "Sementara intervensi lebih lanjut oleh Bank Indonesia dapat mengirim pasangan mata uang yang rendah, penguatan Dolar AS dapat membuat bulls dengan inspirasi yang cukup untuk menantang Rp 13.900 per dolar AS," kata.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada Selasa (24/4) sebesar Rp 13.900 per dolar AS. Nilai tukar sedikit menguat pada Rabu (25/4) di level Rp 13.888 per dolar AS.
Sementara data Bloomberg USDIDR Spot Exchange Rate, perdagangan rupiah pada Rabu dibuka di level Rp 13.881 per dolar AS. Penutupan perdagangan pada Selasa sebesar Rp 13.889 per dolar AS. Perdagangan Rupiah pada Rabu berada di kisaran Rp 13.880 sampai Rp 13.917 per dolar AS.