REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengungkapkan alasan mengapa saat ini rupiah belum menguat. Padahal belum lama ini, Lembaga Pemeringkat Moodys baru saja menaikan peringkat utang Indonesia dari Baa3 (positive outlok) menjadi Baa2 (stable outlook).
Menurutnya, rupiah belum begitu menguat karena pengaruh kondisi eksternal masih ada. Artinya, ekspektasi kenaikan The Fed fund rate tiga kali masih ada. "Pasar terus menghitung itu," kata Dody usai dilantik menjadi DeputiGubernur BI di Gedung Mahkamah Agung, Rabu (18/4).
Meskipun begitu,Dody menganggap hal itu bukan berarti tidak ada sisi positif yang terjadi. Hal yang harus dilihat selanjutnya yaitu bagaimana rupiah secara bertahap akan bergerak menguat.
"Dengan kita juga menerima kenaikan peringkat, kenaikan satu note di investment grade itu membantu nanti secarabertahap rupiah menguat," jelas Dody.
Dia menegaskan, saat ini jangan langsung melihat rupiah akan menguat setelah peringkat utang Indonesia naik. Dody justru optimis, rupiah bisa tertahan stabil di level Rp 13.700 sampai Rp 13.750 yang bisa menjadi prestasi baik bagi ekonomi Indonesia.
Selain itu, peringkat utang Indonesia yangdinaikan menurutnya bisa menurunkan cost of fund. Dody menilai, peringkattersebut jelas memudahkan debitur atau perusahaan untuk mengklaim suatu utangdengan biaya lebih murah.
Baca juga, Kenaikan Jumlah Utang Indonesia ke Cina dari Tahun ke Tahun.
"Itu seharusnya menjadi kesempatan bagisiapapun untuk melakukan pinjaman tap ini untuk pasar keuangan global," tuturDody.