Kamis 12 Apr 2018 22:04 WIB

Rumah Sakit Syariah Belum Jadi Pilihan Utama Masyarakat

Bahkan, masyarakat Sumatera lebih suka berobat ke Malaysia

Rep: Novita Intan/ Red: Budi Raharjo
Stetoskop dokter.
Foto: Republika/Prayogi
Stetoskop dokter.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Muslim menilai perkembangan rumah sakit berbasis syariah belum menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia. Sebab, kualitas dan layanan rumah sakit berbasis syariah belum cukup memadai.

Anggota Asosiasi Pengusaha Muslim, Iwan Kurniawan mengatakan masyarakat Indonesia cenderung lebih menyukai berobat di rumah sakit konvesional bahkan di luar negeri. Masyarakat belum utamakan rumah sakit Islam sebagai pilihan.

"Bahkan, masyarakat Sumatera lebih suka berobat ke Malaysia, bisa memberikan layanan lebih baik dan harga terjangkau," ujarnya kepada Republika usai acara International Islamie Healthecare Conference and Expo Mukisi, di Jakarta Convention Center, Kamis (12/4).

Menurut dia, sebaiknya rumah sakit di Indonesia tidak perlu bermuatan istilah syariah. Sebab, yang diutamakan dalam membangun rumah sakit adalah kualitas dan pelayanan.

Tampilan syariah di dalam pelayanan tidak perlu memakai nama. Artinya jika ada komplen tidak membawa Islam, tapi mulai hal yang sifatnya konten pelayanan dan kualitas, ucapnya.

Ia mencontohkan, rumah sakit Edelweiss di Bandung, memiliki layanan dan kualitas cukup baik. Pada dasarnya, jika ingin dikatakan rumah sakit berbasis syariah cukup memenuhi kualitas secara halal.

"Cukup pegawai mengenakan jilbab, obat halal dan harga terjangkau," ucapnya.

Dengan mengutamakan layanan dan kualitas maka nama rumah sakit akan secara langsung dikenal masyarakat Indonesia. Dari mulut ke mulut itu cara marketing secara alami. "Jadi tidak perlu memakai kata-kata syariah," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement