Kamis 05 Apr 2018 22:11 WIB

Penjualan Ritel Turun Lima Persen pada Awal 2018

Penurunan dipicu oleh naiknya sejumlah harga-harga kebutuhan pokok.

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Citra Listya Rini
Penjaga menunggu pembeli di salah satu ritel penjualan pakaian di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin (14/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Penjaga menunggu pembeli di salah satu ritel penjualan pakaian di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin (14/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for development of economics and finance (Indef) mengungkap adanya pelemahan konsumsi masyarakat pada awal tahun 2018. Ekonom Indef Eni Sri Hartati mengatakan, pelemahan konsumsi itu ditandai dengan turunnya penjualan ritel secara umum lima persen sepanjang Januari-Maret 2018.

"Terjadi penurunan permintaan masyarakat, terutama untuk memenuhi kebutuhan sekunder," kata Eni saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Kamis (5/4).

Penurunan ini, menurut Eni, dipicu oleh naiknya sejumlah harga-harga kebutuhan pokok. Mulai dari harga pangan, tarif listrik, hingga BBM. Kenaikan harga-harga tersebut, kata dia, telah mengurangi porsi penghasilan masyarakat untuk membeli produk non-pangan dan non-energi.

Lebih lanjut, Eni menjelaskan, penurunan permintaan masyarakat ini kemudian mendorong inflasi yang cukup rendah. "Artinya inflasi rendah lebih disebabkan karena permintaan rendah."

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengungkap tingkat inflasi inti pada Maret 2018 tercatat 0,19 persen secara bulanan (month to month). Angka tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat inflasi inti pada Februari 2018 yang tercatat 0,26 persen.

Namun, jika dilihat secara tahun ke tahun (year on year), inflasi inti pada Maret 2018 mencapai 2,67 persen, meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya 2,58 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement