Rabu 04 Apr 2018 09:30 WIB

Pengusaha AS Khawatir Agresifnya Pengenaan Tarif Produk Cina

Akan ada evaluasi dan dengar pendapat publik setelah 60 hari penerapan awal tarif.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden AS Donald Trump.
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pelaku usaha di AS mengkhawatirkan agresifnya pengenaan tarif oleh AS terhadap berbagai produk asal Cina dapat menganggu pasar. Kebijakan pengenaan tarif ini juga dinilai rawan gagal.

AS akan mengenakan tarif 25 persen terhadap 1.300 produk Cina terutama produk teknologi tinggi mulai dari semikonduktor, baterai litium, televisi, hingga motor. Dalam setahun, nilai impor produk teknologi ini mencapai 50 miliar dolar AS (Rp 688 triliun).

Himpunan Ritel Nasional AS bersyukur produk seperti sepatu dan baju dikecualikan dari pengenaan tarif terbaru AS. Namun, mereka mengkhawatirkan dampak pada pasar produk elektronik dan perabot rumah tangga.

 

Baca juga, Cina Kenakan Tarif Khusus 100 Jenis Barang Impor AS.

 

Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR) menyampaikan akan ada evaluasi dan dengar pendapat publik setelah 60 hari penerapan awal tarif ini. USTR menyatakan publik boleh memberi masukan tertulis tentang kebijakan tarif ini mulai 11 Mei nanti dan dengar pendapat pada 15 Mei di Washington.

Beberapa perusahaan publik di AS setuju soal keadilan berusaha. Jika kebijakannya memang seperti ini, raksasa teknologi seperti Intel Corp dan Amazon.com Inc meminta AS mencari mitra dagang pengganti.

''Mengenakan tarif untuk produk sehari-hari dan memengaruhi pencitptaan kerja tidaklah tepat,'' kata Kepala Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang AS, Myron Brilliant seperti dikutip Bloomberg, Rabu (4/4).

Bahkan menurut CEO Information Technology Industry Council, Dean Garfield, melihat sejarah, hambatan tarif macam ini akan gagal dan tidak mengubah perilaku bisnis Cina.

Sementara asosiasi industri manufaktur dan baja di AS mengapresiasi pengenaan tarif produk Cina ini. ''Kebijakan ini akan menyeimbangkan kondisi setelah sekian banyak kesempatan kerja hilang dan beralih ke Cina,'' kata Presiden Aliansi Manufaktur AS Scott Paul.

Dalam visi Cina 2025 yang diumumkan pada 2015 lalu, Cina menargetkan 10 sektor unggulan menjadi kekuatan industri manufaktur mereka mulai dari industri teknologi informasi hingga robotik dan antariksa. Bahkan Cina punya strategi khusus pengembangan kecerdasan buatan yang diumumkan pada 2017 lalu.

Setelah pengenaan tarif baja dan alumunium serta tarif 120 produk konsumsi, kini AS mengenakan pula tarif terhadap 1.300 barang berbasis teknologi asal Cina mulai dari semikonduktor hingga perabot rumah tangga.

 

Kebijakan Presiden Donald Trump ini dilakukan sebagai respons praktik bisnis Cina yang tidak adil karena mencuri kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan AS.

Aksi Trump tersebut dikhawatirkan memicu perang dagang. Itu terbukti dengan aksi balasan oleh Cina dengan mengenakan pula tarif terhadap produk-produk asal AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement