REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (16/3) sore, bergerak menguat sebesar 20 poin menjadi Rp13.738 dibanding posisi sebelumnya Rp13.758 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat (16/3) mengatakan, dolar AS cenderung melemah terhadap beberapa mata uang dunia, termasuk rupiah menyusul munculnya kabar mengenai gejolak politik di Amerika Serikat.
"Dolar AS melemah karena investor mempertimbangkan implikasi dari terus meningkatnya gejolak politik pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Muncul kabar Trump berencana mengganti penasihat utama keamanan nasionalnya," katanya.
Di sisi lain, ia menambahkan, investor juga mengantispasi terhadap kebijakan proteksionisme AS yang dinilai dapat memicu hambatan pada ekonomi AS. Dolar AS juga berada pada posisi yang kurang menguntungkan setelah data penjualan ritel AS turun pada Februari.
Lihat juga, Rupiah Terseok, Akankah Bisa Bangkit?
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, penguatan rupiah relatif terbatas seiring kuatnya peluang The Fed menaikkan suku bunganya pada pekan depan dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
Di sisi lain, lanjut dia, data neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatatkan defisit turut mempengaruhi psikologis pelaku pasar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia selama Februari 2018 tercatat defisit sebesar 0,12 miliar dolar AS atau sekitar Rp1,6 triliun (kurs Rp13.700).
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (16/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.765 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.748 per dolar AS