Ahad 04 Mar 2018 18:45 WIB

Ekspor Baja Indonesia ke AS Masih Kecil

Nilai ekspor baja Indonesia ke AS kurang lebih 0,1 persen.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Citra Listya Rini
Pekerja mengamati proses press sizing (pembentukan sleb) baja lembaran di pabrik Hot Strip Mill PT Krakatau Steel (Persero)
Foto: antara
Pekerja mengamati proses press sizing (pembentukan sleb) baja lembaran di pabrik Hot Strip Mill PT Krakatau Steel (Persero)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA  --  Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Purwono Widodo menilai kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas bea masuk barang seperti baja dan alumunium ke negeri Paman Sam tak terlalu berdampak ke Indonesia.

Hanya, menurut Purwo, dampak secara tidak langsung masih perlu diperhatikan oleh pemerintah. Sebab, nilai ekspor baja Indonesia ke AS kurang lebih 0,1 persen.

Selain itu, pengiriman baja produksi Indonesia ke AS berupa bahan plate dan HRC yang memang sudah sejak lama sudah dikenakan skema bea masuk antidumping.

"Ekspor baja Indonesia ke AS itu masih sangat kecil. Jadi tidak terpengaruh langsung," kata Purwono saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (4/3).

Purwono menjelaskan, kebijakan Trump lebih mengancam ekspor baja Cina ke AS. Dengan adanya bea masuk ini, kemungkinan negeri Tirai Bambu akan mengalihkan pasar mereka yang semula di AS menjadi ke Asia Tenggara.

"Yang dikhawatirkan industri baja domestik Indonesia adalah berbeloknya alokasi ekspor baja Cina yg semula utk AS menjadi ke Asia Tenggara termasuk Indonesia," ujar Purwono.

Menurut Purwono, Indonesia bisa mengambil peran pemasok baja ke AS menggantikan Cina. Sayang, saat ini Indonesia baru bisa memproduksi baja pada sisi hilir. Produk olahan seperti pipa baja dan asahan lainnya yang bisa masuk ke sana.

"Itupun tidak bisa besar karena industri baja kita masih berfokus memenuhi kebutuhan domestik," kata Purwono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement