REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Hero Supermarket Tbk mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 191 miliar sepanjang 2017. Padahal, pada periode sebelumnya, Perseroan berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 121 miliar.
Presiden Direktur PT Hero Supermarket Tbk Stephane Deutsch mengatakan, penurunan kinerja ini terjadi karena adanya biaya one-off yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 366 miliar. Dana tersebut sebagian besar digunakan untuk penurunan nilai aset dan stock clearance pada bisnis makanan.
Sepanjang 2017, total penjualan tercatat sebesar Rp 13.034 miliar, atau turun lima persen dibanding tahun sebelumnya. Menurut Stephane, penurunan ini disumbang oleh melemahnya penjualan di bisnis makanan.
"Kinerja Perseroan sepanjang 2017 belum menuai hasil sesuai yang diharapkan," ujarnya.
Stephane menjelaskan, bisnis makanan mengalami penurunan penjualan sebesar tujuh persen menjadi Rp 10.859 miliar karena penjualan like-for-like yang negatif akibat melemahnya kinerja supermarket dan hypermarket. Perseroan mencatat kerugian operasional sebesar Rp 434 miliar dibandingkan dengan laba Rp 91 miliar di tahun sebelumnya.
Sebaliknya, penjualan bisnis non-makanan tumbuh sebesar 10 persen menjadi Rp 2.174 miliar. Kenaikan ini terutama didorong oleh pertumbuhan penjualan like-for-like pada bisnis IKEA dan Guardian. "Laba usaha (bisnis non-makanan) juga tumbuh 60 persen menjadi Rp 282 miliar," kata Stephane.
Ia menyadari, kondisi bisnis makanan masih penuh tantangan. Sementara, bisnis non-akanan justru terus tumbuh dengan kuat. Menyikapi hal tersebut, Stephane mengatakan, pihaknya tengah mengkaji strategi bisnis makanan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yamg diperlukan demi membangun kembali daya saing Perseroan.