REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Hero Supermarket Tbk (HERO) akan memfokuskan investasi untuk mengembangkan IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Ketiga bisnis ritel tersebut dinilai memiliki potensi pertumbuhan lebih baik dibandingkan Giant.
Direktur Perseroan, Hadrianus Wahyu Trikusumo, mengatakan Perseroan akan fokus pada investasi dalam pertumbuhan toko di bisnis IKEA dan Guardian. Ia optimistis kedua merek tersebut untuk menjadi pemimpin industri dalam kategorinya masing-masing.
“Sedangkan, Hero Supermarket akan menjadi satu-satunya bisnis ritel makanan perseroan,” kata Hadrianus seperti dikutip dalam keterbukaan informasi, Senin (14/6).
Dengan fokus dan sumber daya yang diporoskan ke bisnis IKEA, Guardian dan Hero Supermarket pada masa depan, perseroan tetap berkomitmen untuk masa depan ritelnya di Indonesia dan yakin akan posisinya sebagai pengecer kompetitif yang kuat dalam jangka panjang.
HERO berencana untuk mengubah hingga lima gerai Giant menjadi IKEA dan secara aktif mengevaluasi kelayakan untuk mengubah beberapa gerai Giant menjadi Hero Supermarket. Saat ini, perseroan sedang bernegosiasi dengan pihak ketiga mengenai potensi pengalihan kepemilikan sejumlah gerai Giant.
Namun, saat ini perseroan tidak dapat memastikan berapa banyak toko gerai yang akan berhasil dijual ke pihak ketiga. Setiap gerai yang tidak akan dikonversi atau dijual akan ditutup.
Perseroan mengharapkan perluasan gerai yang sedang berlangsung dapat didanai oleh kombinasi arus kas yang dihasilkan sendiri yang kuat serta fasilitas utang yang ada.
Strategi yang diambil HERO untuk mengesampingkan fokusnya dari Giant akan memungkinkan Perseroan untuk memfokuskan sumber daya dan modalnya ke IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket dan mendukung perusahaan dalam beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar. “Peningkatan fokus akan mendukung percepatan pertumbuhan dalam ketiga bidang bisnis utama tersebut,” kata Hadrianus.
Selain itu, perseroan juga menjajaki opsi terkait monetisasi aset. Monetisasi aset ini akan memungkinkan HERO menghasilkan modal untuk mendanai investasi dalam inisiatif pertumbuhan.
Perseroan akan tetap berpegang teguh pada alokasi modal pada masa depan dan akan terus mengevaluasi peluang pertumbuhan organik dan anorganik di masa depan, dengan memperhatikan dampak pada keuntungan bagi pemegang saham mendatang.
Sebelumnya, perseroan memperoleh pinjaman sebesar Rp 775 miliar dari The Dairy Farm Company Limited. Fasilitas pinjaman intercompany dilakukan untuk memberikan fleksibilitas pendanaan tambahan yang diperlukan untuk modal kerja jangka pendek dan kebutuhan kas operasional, mengingat ketidakpastian dampak Covid-19 dan kondisi perdagangan yang menantang yang dihadapi Perseroan. “Saat ini, fasilitas ini belum digunakan dan perseroan memiliki hak untuk memanfaatkan fasilitas pinjaman ini jika diperlukan,” tutur Hadrianus.