REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah melakukan penawaran atas 26 wilayah kerja Migas kepada KKKS. Meski banyak pihak yang masih tertarik, namun KKKS mengakui bahwa penawaran yang dilakukan oleh Pemerintah jika dibandingkan dengan negara lain masih kalah bersaing.
Sebab, harus diakui jika melihat negara tetangga seperti India dan Meksiko mereka menawarkan banyak insentif agar investasi migasnya cukup menarik. VP Bisnis PT Energi Mega Persada, Bambang Istadi menilai Indonesia harus bisa berkompetisi dengan negara lain.
Saat ini, jika dilihat dari cadangan penemuan tidak sebanding dengan yang disedot. Tak lebih dari 50 persen dari penemuan baru menandakan bahwa cadangan migas Indonesia mulai menipis.
"Kalau gak jualan atau lelang kan cadangan turun terus dan penemuan sekarang kecil-kecil. Kan sekarang cuma 50 persen, seharusnya kalau produksi 1.000 temukan 1.000. kalau produksi 1.000 temukan 500 makin lama makin berkurang," ujar Bambang di Kantor Kementerian ESDM, Senin (19/2).
Ia mencontohkan, di Meksiko ongkos produksinya tidak kecil, karena banyak blok di Meksiko yang berada di laut dalam. Namun, hitungan investasi masih sangat menarik. Hal ini terlihat dari 10 WK yang ditawarkan oleh Meksiko, 80 persennya laku dengan 13 peserta lelang.
Sedangkan di India, meski menawarkan 46 blok migas ada 13 peserta lelang yang tertarik dengan hadiah 100 persen. "Artinya negara lain sangat kompetitif dalam memberikan penawaran blok sangat murah, proses cepat untuk itu kita harus berkompetisi. apakah kita sudah berkompetisi dengan negara lain," tambah Bambang.
Bambang menilai dalam melihat WK, KKKS mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, Prospek Geologi. Kedua, apakah data bisa menunjukkan bahwa cadangan yang ada memiliki cadangan yang cukup atau tidak. Ketiga, dari sisi Fiskal.
"Data apakah menunjukkan penemuan besar nantinya apa enggak kayak ambil contoh Guyana tadinya enggak menarik, tetapi kan sekarang ada penemuan terbesar dunia dari guyana sekitar 10 miliar barel. itu akan menarik investasi walaupun pengembagan besar karena di laut dalam, tetapi besar," ujar Bambang.
Ia juga mengatakan selain itu regulasi dan hambatan investasi perlu diselesaikan oleh pemerintah agar investasi di bidang Migas bisa lebih menarik.
"Jadi, apakah indonesia giant atau gajah gajah yang bisa ditemukan ini yang perlu dibuktikan. Dari sisi fiskal, dan fiskal kayak gimana bisa atraktif gak? Berikutnya masalah hambatan investasi regulasi birokrasi dan hambatan bisnis gimana dari negara lain," ujar Bambang.