REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Serangan siber semakin kencang di dunia akhir-akhir ini. Beberapa peristiwa peretasan pada situs internet hampir tak bisa dilupakan. Berdasarkan laporan dari Engadget, serangan siber merugikan banyak negara dari segi ekonomi.
Pada awal Februari 2018, tepatnya saat pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan, Korea Utara berhasil melakukan cyber attack. Korea Utara menyerang jaringan kedirgantaraan dan telekomunikasi. Pejabat dari penyelenggaraan Olimpiade mengonfirmasi hal tersebut.
Kemudian, belum lama ini Amerika Serikat (AS) mendapat banyak serangan siber. Rusia diklaim yang bertanggung jawab atas penyerangan tersebut. Namun Rusia membantah dengan tegas terlibat dalam serangan yang merugikan pemerintah AS.
AS memang menjadi negara yang tergolong sangat dirugikan terhadap serangan siber. Berdasarkan data dari White House Council of Economic Advisers, aktivitas peretas jahat sudah merugikan AS antara 57 sampai 109 miliar dollar AS pada 2016 lalu. Hal tersebut merugikan AS dari segi perekonomian.
Laporan tersebut juga menyatakan, aktor utama penyerangan dilakukan beberapa negara, seperti Rusia, Cina, Iran, dan Korea Utara. Para aktivits yang bersaing sengan korporat juga diklaim bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Demi melawan aktivitas serangan siber, AS terpaksa membebankannya pada domestik bruto negara.