REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menuturkan, Indonesia merupakan negara besar dengan sektor pertanian yang menjanjikan. Hal itu pun membuat negeri ini dikenal sebagai negara agraris. Sayangnya, kata dia, Indonesia masih saja bergantung pada impor.
"Beras, dua tahun berturut-turut kita impor, jagung pun begitu. Dulu kita impor, maka sekarang kita kerjakan satu-satu," kata Amran di Makassar, Kamis, (15/2).
Untuk mengatur ekspor dan impor, Kementan pun mencoba mengeluarkan berbagai kebijakan di nasional. Pasalnya, kata dia, kementerian bertugas untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat.
Ia mengatakan, beberapa waktu lalu Presiden memintanya ke Taiwan, Korea Selatan, Jerman, dan sebagainya, demi melihat kondisi pertanian di masing-masing negara tersebut. "Lalu presiden tanya, apa beda di sana dan di sini. Saya bilang dia hanya satu bedanya yaitu di teknologi. Soal lahan, kita lebih besar," tutur Amran.
Di beberapa negara tersebut, matahari bersinar hanya sekitar enam bulan, sedangkan Indonesia bersinar hampir 12 bulan. "Justru mereka lakukan ekspor dan kita impor. Merekanya terlalu rajin dan kita terlalu malas," kata Amran.
Ia pun bercerita, saat di Taiwan sempat bertemu dengan salah satu petani. Petani itu mengaku berpendapatan Rp 3 miliar per bulan. "Padahal hanya tanam bayam organik," ujarnya.
Amran menegaskan, tahun ini presiden telah meminta Kementan siapkan bibit untuk petani Indonesia. "Kita akan kembalikan kejayaan petani Indonesia seperti 500 tahun lalu," ujarnya.
Baca juga: Mentan Akui Bongkar Regulasi Penghambat Produksi Petani