REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengusaha meminta ada insentif fiskal untuk mendorong target ekspor. Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Rosan Roeslani mengatakan target ekspor 11 persen bisa dilakukan Indonesia. Asalkan ada insentif fiskal untuk ekspor dan keterlibatan dalam perdagangan bebas atau Free Trade Organization (FTO).
"Karena kalau kita mau bangun industri lagi kan perlu waktu sedangkan untuk punya ekspor yang pertumbuhannya sustainable, perlu fungsi nasional yang sehat dan kuat," kata dia, dalam acara diskusi di DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Rabu (14/2).
Pemberian stimulus dari segi perpajakan berupa insentif fiskal atau peraturan FTO ini dinilai paling mudah dan cepat. Sebab, peraturan tersebut berada di bawah kementerian.
Selama ini baik pengusaha, eksportir besar maupun asosiasi mengeluhkan rumitnya regulasi yang ada. Mereka pun berharap FTA segera berlaku, terutama untuk perdagangan dengan Eropa untuk tekstil.
Seperti diketahui, Indonesia saat ini sedang berjalan menuju kesepakatan Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang diharapkan rampung tahun ini. Terlambatnya Indonesia dalam FTA diakui Rosan membuat Indonesia banyak tertinggal dengan banyak negara.
"Sehingga ekspor kita jauh tertinggal oleh Vietnam maupun negara-negara Asean lainnya. Itu salah satu faktor yang membuat ekspor kita ini agak ketinggalan di luar faktor-faktor yang lainnya," katanya.
Saat ini Vietnam menjelma menjadi rujukan bagi industri tekstil Eropa. Padahal, dari segi kualitas Indonesia masih berada di atas negara tersebut. Hanya saja, regulasi yang ada membuat produk Indonesia kurang kompetitif dibanding negara lain.