Sabtu 10 Feb 2018 14:25 WIB

Rektor UAI Beberkan Tiga Tantangan Bisnis Rintisan

Mengubah mindset, birokrasi dan finansial adalah tiga tantangan bisnis rintisan.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Gita Amanda
Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia, Prof Dr Asep Saefuddin pada saat sebelum mewisuda 287 mahasisw UAI di BPPT Jakarta, Sabtu (10/2).
Foto: Farah Noersativa/REPUBLIKA
Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia, Prof Dr Asep Saefuddin pada saat sebelum mewisuda 287 mahasisw UAI di BPPT Jakarta, Sabtu (10/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan zaman saat ini telah merambah kepada dunia bisnis, seperti halnya bisnis startup atau rintisan. Rektor Universitas Al-AzharIndonesia (UAI), Profespr Asep Saefuddin menyebut ada tiga hal yang menjadi tantangan orang-orang saat ini dalam memulai bisnis rintisan.

"Ada tiga tantangan, yang pertama adalah mengubah kultur atau mengubah mindset," kata Asep kepada wartawan saat akan mewisuda sebanyak 287 mahasiswa di Gedung BPPTJalan Thamrin Jakarta, Sabtu (10/2).

Kultur yang ia maksud adalah kultur di mana masyarakat saat ini, terutama para lulusan sarjana masih menanggap lulusan kuliah harus bekerja bukan membangun usaha. Asep mengatakan, untuk mengubah kultur dan mengubah mindset tersebut memang tak mudah dan menjadi tantangan. Sebab, hal itu akan mengubah kebiasaan-kebiasaan lama yang telah ada, menjadi kebiasaan baru.

Ia juga menyebut, berdasarkan hasil riset, sumbangsih mahasiswa yang telah lulus lalu langsung menjajal bisnis rintisan tak lebih dari 10 persen. "Oleh sebab itu saya ingin membuat lulusan UAI ini bisa menyumbang lebih dari 20 persen dengan banyak upaya, itu sudah bagus," tuturnya.

Tantangan yang kedua, lanjut dia, adalah keberadaan birokrasi yang cukup merepotkan. Bisnis rintisan menurutnya adalah sebuah aktivitas yang tak bisa dilakukan dengan proses yang lama. Sementara saat ini, ia nilai masih sulit dan merepotkan.

Untuk bisnis rintisan, sekali ada gagasan atau ide menrut Asep harus langsung dieksekusi. "Sementara birokrasi saat ini ada ide masih harus ditanya-tanya dulu, lalu juga butuh laporan-laporan, agak panjang dan ribetlah," ungkapnya.

Ia juga menyebut tak mudah untuk mengubah mindset birokrasi yang seperti itu. Namun pihaknya yakin keadaan itu tak akan berlangsung lama, sebab pemerintah saat ini serba cepat.

Sementara untuk tantangan yang ketiga adalah sulitnya finansial. Ia menilai, saat ini perbankan masih menggunakan pola lama. Perbankan masih meminta ekuitis dan semacamnya, bukan ide dan inovasinya.

Pihaknya sebagai civitas akademika pun terus mendorong para mahasiswa untuk berani mencoba bisnis rintisan. Hal itu sesuai dengan tujuan UAI yakni sebagai enterprising university. Tentunya mindset mahasiswa-mahasiswa UAI ini harus diubah bukan mencari pekerjaan, tapi bagaimana menciptakan pekerjaan.

Oleh sebab itu, UAI membuktikan dengan memberikan mata kuliah dasar entrepreneurship pada tingkat satu dan dua. UAI juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak seperti perusahaan-perusahaan, BUMN, dan juga Kementerian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement