Sabtu 03 Feb 2018 07:11 WIB

Ini Bentuk Holding Migas yang Ideal Menurut Dirut Pertagas

Pertagas akan mengurus transmisi dan PGN mengurus distribusi.

Direktur Utama PT Pertamina Gas (Pertagas) Suko Hartono sedang memaparkan mengenai kondisi industri dan infrastuktur gas nasional di Bogor, Jumat (2/2).
Foto: Nidia Zuraya/Republika
Direktur Utama PT Pertamina Gas (Pertagas) Suko Hartono sedang memaparkan mengenai kondisi industri dan infrastuktur gas nasional di Bogor, Jumat (2/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- PT Pertamina Gas (Pertagas) akan melepas dua anak usahanya, yakni PT Perta Arun Gas dan PT Perta Samtan, untuk dimasukkan ke holding PT Pertamina (Persero). Pelepasan Perta Arun dan Perta Samtan merupakan bagian dari rencana pembentukan induk usaha (holding) BUMN minyak dan gas yang menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) ke dalam PT Pertamina (Persero).

Setelah PGN menjadi bagian dari Pertamina, tahap berikutnya adalah menyinergikan Pertagas dengan PGN. Menurut Direktur Utama Pertagas Suko Hartono, konsep holding merupakan bentuk ideal saat ini untuk PGN dan Pertagas yang mempunyai sektor usaha yang sejenis karena  holding akan menciptakan efisiensi.

“Kalau bicara pembagian  Pertagas dan PGN. Pertagas akan mengurus transmisi dan PGN mengurus distribusi. Jadi kalau integrasi, tidak tumpang tindih sebenarnya,” kata dia dalam Diskusi mengenai “Outlook Industri dan Gas 2018” di Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/2).

Suko mengatakan jika bicara aset, Pertagas memiliki jaringan pipa transmisi yang telah open accesss yang bisa bebas digunakan siapapun. Disisi lain, PGN mempunyai jaringan pipa distribusi.

Meski dilihat dari sisi panjang jaringan pipa, yang dimiliki PGN lebih panjang, secara volume gas yang diangkut lebih kecil dan berada di kota-kota tertentu.  “Pipa kami itu antarkota antarprovinsi dan bisa mengantar  semua. Sementara PGN kuat di pipa distribusi,” tegas dia.

Suko menambahkan pada 2017 kinerja laba bersih Pertagas berhasil melampaui PGN. Per September 2017, laba bersih Pertagas mencapai 111,52 juta dolar AS dan PGN hanya 97,9 juta dolar AS.

Padahal dari sisi pendapatan, kata Suko, PGN membukukan 2,16 miliar dolar AS. Disisi lain, Pertagas membukukan pendapatan 463,62 juta dolar AS.

Terkait rencana penggabungan PGN dengan Pertagas, menurutnya, yang harus dilakukan lebih dahulu adalah mengindentifikasi masalah-masalah yang ada di PGN dan Pertagas kemudian diselesaikan. “Jadi paling ideal, berjalan beriringan dulu. Untuk mengimplementasi penggabungan dua perusahaan tidak semudah yang dibayangkan. Saya bayangkan, mungkin satu tahun,” tutur Suko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement