REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar di laut. Volumenya diperkirakan mencapai 1,29 juta metrik ton setiap tahunnya. Fakta ini merugikan Indonesia secara ekonomi.
Co-founder Making Ocean's Plastik Free (MOPF), Roger Spranz menyebut hasil penelitian lembaganya baru-baru ini menemukan penggunaan dan pencemaran kantong plastik diperkirakan merugikan ekonomi nasional mencapai 2,91 miliar dolar AS atau sekitar Rp 39 triliun per tahun.
"Polusi plastik laut tidak hanya disayangkan untuk kehidupan laut, tapi juga mengurangi pendapatan beberapa sektor ekonomi utama di Indonesia, khususnya pariwisata dan perikanan," kata Roger, dikutip dari rilis tertulis kampanye 'Satu Pulau Satu Suara,' Senin (29/1).
Founder Merah Putih Hijau, Sean Nino Lotze mengatakan pengelolaan sampah yang baik harus dimulai dari pemisahan sampah yang dilakukan secara benar. Pedoman pemisahan sampah, seperti penggunaan kode warna yang sederhana bisa dilakukan dimulai dari rumah, dunia bisnis, dan sekolah.
"Ini akan meningkatkan daur ulang sampah hingga 90 persen dan mengurangi biaya operasional hingga 50 persen," katanya.
The Body Shop Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi dan industri yang berkontribusi mengurangi sampah plastik. General Manager Corporate Communication The Body Shop Indonesia, Rika Anggraini mengatakan setiap tahunnya 1,2 juta kemasan bekas Body Shop didaur ulang.
Inisiatif perusahaan mendapat penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2016. Produk-produk Body Shop juga bebas dari bahan-bahan yang mengandung partikel plastik halus atau mikroplastik. "Toko Body Shop juga menggunakan kantong kertas untuk konsumennya," kata Rika.
Sebagai wujud nyata, pemerintah bersama masyarakat bergerak bersama dalam kampanye 'Satu Pulau satu Suara' untuk menghentikan pencemarah sampah plastik di laut. Aksi bersih pulau ini secara simbolis akan digelar di Bali 24 Februari mendatang.