REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) pada 2017 mencatatkan pendapatan sebesar 42,86 miliar dolar AS. Jika dibandingkan tahun 2016, pendapatan ini naik sebesar 17 persen.
Direktur Utama Pertamina, Elia Massa Manik mengatakan meski pendapatan naik, namun laba Pertamina mengalami penurunan sebesar 24 persen dibandingkan 2016. Pada 2017 Pertamina mencatatkan laba sebesar 2,7 miliar dolar AS.
"Memang belum ada kebijakan penyesuaian harga produk premium dan solar yang ada di Indonesia, sesuai keputusan Kementerian ESDM hingga kuartal 1. Hal ini berimbas pada terjadinya penurunan laba bersih perusahaan," ujar Elia di Gedung DPR, Jakarta, Senin (29/1).
Ladang Migas
Elia menjelaskan pada 2017 realisasi belanja modal atau capital expenditur (capex) sebesar 3,6 miliar dolar AS. Sebanyak 2,5 miliar dolar dihabiskan untuk investasi hulu migas.
Pada tahun ini, kata Elia, Pertamina menganggarkan capex sebesar 5,59 miliar dolar AS. Capex 2018 ini rencananya akan diaokasikan untuk sektor hulu sebesar 59 persen, pemasaran 15 persen, megaproyek 15 persen, gas 5 persen, pengolahan 3 persen, dan riset pendukung lainnya 3 persen.
Elia mengatakan ada beberapa rencana investasi kedepan sehingga memerlukan capex yang lebih besar dibandingkan 2017. "Untuk pengembangan rencana investasi di hulu kami akan melakukan pengembangan lapangan jimbaran tiung biru, alihkelola mahakam dan pengembangan geothermal," ujarnya.
Selain itu Pertamina juga akan melakukan pengembangan Petrokimia dan pengolahan seperti peningkatan fleksibilitas minyak mentah kilang, dan pengembangan produk turunan. Pada sektor pemasaran Pertamina akan melakukan penguatan infrastruktur pasokan distribusi dan pengembangan pipa dan jaringan gas.