Kamis 18 Jan 2018 11:39 WIB

Bulog Bali Teruskan Gerakan Stabilisasi Harga Pangan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Hazliansyah
Kadivre Bulog Bali, Wahyu Susanto
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Kadivre Bulog Bali, Wahyu Susanto

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Divisi Regional Bulog Bali, Wahyu Susanto menyatakan stok beras Bulog Bali aman hingga April 2018. Bulog Bali masih terus menggelar operasi pasar hingga 31 Januari 2018 sesuai arahan Bulog pusat.

"Meski stok aman, kita tetap melakukan gerakan stabilisasi harga pangan, melalui Rumah Pangan Kita, operasi pasar yang melibatkan Dinas Perdagangan," kata Wahyu dijumpai Republika.co.id di kantornya, Kamis (18/1).

Harga beras Medium I di dua pasar tradisional Denpasar mengalami lonjakan dibanding awal bulan, berdasarkan data Sistem Informasi Harga Pangan Utama (SiGapura) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali, Kamis (18/1). Beras Medium I di Pasar Kreneng naik dari Rp 10.500 per kilogram (kg) menjadi Rp 11.250 per kg. Beras Medium I di Pasar Badung naik dari Rp 10 ribu per kg menjadi Rp 11.500 per kg.

Harga beras Medium II di Pasar Kreneng naik dari Rp 10 ribu menjadi Rp 11 ribu per kg. Harga beras Medium II di Pasang Badung naik dari Rp 9.500 per kg menjadi Rp 11 ribu per kg.

Wahyu mengatakan operasi pasar yang digelar Bulog di sejumlah pasar tradisional di Bali menjual beras seharga Rp 9.350 per kg di tingkat konsumen akhir.

"Beras Bulog laku terjual, bahkan masih banyak permintaan," kata Wahyu.

Mantan Kepala Bulog Subdivisi Regional V Kediri ini menambahkan cadangan beras pemerintah untuk kabupaten mencapai 100 ton dan provinsi 200 ton. Stok ini bisa diputar ke seluruh Indonesia ke kantong-kantong yang membutuhkan.

Kementerian Perdagangan mengimpor 500 ribu ton beras dari Thailand dan Vietnam yang akan datang akhir Januari 2018. Beras yang diimpor adalah jenis khusus karena ada kelangkaan beras medium di lapangan yang dikonsumsi kalangan menengah.

Wahyu mengatakan beras impor tidak akan dilepas ke pasar, melainkan untuk pemerataan stok. Kebijakan pusat ini tentunya telah mempertimbangkan daerah di mana posisi stabilisasi pangan dan harganya harus aman di tingkat produsen, konsumen, dan pedagang.

"Jika Bali dapat jatah (beras impor), kemungkinan perkiraannya 10 ribu ton," kata Wahyu.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian Bali melaporkan seluas 88,16 hektare (ha) dari potensi 237 ha sawah di Bali siap panen awal tahun ini. Panen tersebut tersebar di sembilan subak pada lima kabupaten di Bali.

"Panen kali ini lebih luas dari sebelumnya," kata Kepala BPTP Balitbang Pertanian Bali, I Made Rai Yasa.

Kabupaten Badung panen padi varietas Ciherang di dua subak, yaitu Subak Umapoh di Desa Dauh Yeh Cani seluas 15 hektare (ha) dan Subak Tegal di Desa Kerobokan Kaja seluas lima ha. Kabupaten Tabanan yang merupakan lumbung beras Bali melaksanakan panen padi varietas Singkil dan Ciherang di Subak Pangkung Lengkuas di Desa Gadungan seluas 12 ha dan Subak Kelepud di Desa Dalang seluas dua ha.

Kabupaten Gianyar melaksanakan panen padi varietas Ciherang dan Mansur yang merupakan varietas lokal. Lokasinya di Subak Pasekan, Desa Batubulan seluas empat ha, dan Subak Belong, Desa Taro seluas 16 are.

Kabupaten Klungkung terpantau panen di Subak Akah Tempek Uma Dalem, Desa Akah seluas 16 ha. Varietas yang dipanen adalah Inpari 30.

Kabupaten Karangasem yang merupakan daerah sedang terdampak erupsi Gunung Agung juga tak ketinggalan panen padi varietas Cigelis dan jenis lokal, Cicih Seraya. Lokasinya di Subak Rendang Arca, Desa Rendang seluas lima ha, dan Subak Kuum Cangah, Desa Kuum Tumbuh seluas sembilan ha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement