REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menjelaskan selain mendapatkan mandat untuk melakukan impor beras, Perum Bulog juga berkewajiban untuk membeli gabah petani. Darmin mengatakan kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kekurangan serapan dari petani sehingga harga gabah di petani anjlok.
Darmin mengatakan langkah ini juga dilakukan untuk menjawab kerisauan para petani atas kebijakan impor yang dilakukan pemerintah. Darmin mengatakan pertani tak perlu khawatir atas kebijakan ini sebab nantinya meski panen raya, Bulog akan membeli gabah petani untuk kembali mengisi gudang bulog.
"Bulog sudah kami tugaskan untuk menyerap gabah petani pada panen raya ini. Panen raya akan dimulai mugkin belum penuh, pertengahan dan akhir februari. Puncaknya akan terjadi pada April dan Maret. Mei masih ada, tapi gak sebesar maret dan april. Bulog akan menyerap itu, berdasarkan aturan," ujar Darmin, Senin (15/1).
Namun Darmin menjelaskan pemerintah tidak mematok harga beli gabah yang akan diserap oleh Bulog. Ia menilai, fleksibilitas harga dilakukan oleh pemerintah agar Bulog bisa menyerap semua gabah pertani pada musim panen raya nanti.
"Harganya kita kasih fleksibilitas. Sehingga bulog jangan sampai membeli gabah petani karena harga lebih tinggi daripada harga bulog. Jadi, bulog bisa beli. Aturan soal ini dituangkan dalam impres 25/2015," ujar Darmin.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita menjelaskan petani tak perlu khawatir dengan adanya kebijakan impor ini maka pasar akan terbanjiri beras impor. Enggar mengatakan, pada panen raya nanti gabah petani akan langsung dilakukan offtaker oleh Bulog.
"Ini akan terus tetap dilakukan oleh bulog berdasarkan pemerintah sehingga jangan dipertentangkan harga beras turun. Enggak, offtaker siap. Bulog akan menyerap gabah. Untuk mengisi interen ini, kita impor. yang semula dilakukan oleh PPI, sekarang rakor menugaskan Bulog," ujar Enggar ditempat yang sama.