REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memutuskan untuk mengimpor beras 500 ribu ton. Impor beras khusus ini disebut untuk mengisi kekurangan stok. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menilai, impor beras sebesar 500 ribu ton adalah bentuk cinta pemerintah pada masyarakat.
"Itu (impor) menunjukkan bahwa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Presiden begitu mencintai rakyat. Tidak ingin di konsumen tinggi, petani tidak boleh rugi," ujar Amran di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (12/1).
Namun dukungan Amran terhadap impor, berbeda dibandingkan komentar pada Desember 2017 lalu. Saat itu Amran mengatakan, Indonesia saat ini sudah bisa swasembada pangan. Bahkan, ia mengklaim Indonesia tahun ini sudah bisa swasembada beras, jagung, bawang merah, dan cabai.
"Justru sekarang ini kita sudah swasembada beras. Tinggal 20 hari lagi swasembada jagung, swasembada bawang merah, kemudian cabai. Empat (pangan tersebut) selesai tahun ini," kata Amran kepada wartawan di Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (13/12).
Untuk itu, saat ini Indonesia tidak lagi memerlukan impor dari negara lain. Harga pangan, khususnya beras, jagung, bawang merah dan cabe, kata Amran, juga sudah normal pada 2017 ini.
"Sekarang ini pembedanya adalah harga stabil, tidak ada impor beras, tidak ada impor jagung, bahkan kita ekspor. Bawang merah kita sudah ekspor ke enam negara, kemudian cabai," Oujarnya.
Amran mengungkapkan, dalam tiga tahun ini, Kementan juga telah menyelesaikan persoalan mengenai irigasi tersier. Menurut Amran, persoalan yang sudah lama belum terselesaikan tersebut, dapat diselesaikan dalam satu setengah tahun.
Dalam penjelasan pada Kamis lalu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman memprediksi produksi beras akan surplus. Menurutnya, pada Februari nanti akan mencapai puncak panen. Amran mengatakan, pada Oktober telah memasuki musim hujan, sehingga pada Januari akan terjadi panen.
"Oktober hujan berarti tanam kan, berarti Desember sudah panen, apalagi Januari. Kita tahu kalau kondisi cuaca normal, itu panen memasuki puncak Februari karena kondisi iklim normal," kata Amran di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (11/1).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik yang diperlihatkan oleh Kementan, luas tanam padi selama 2017 sebesar 16,4 juta hektare. Sementara, produksi padi pada Januari 2018, diprediksi mencapai 4,5 juta ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan, ketersediaan beras mencapai 2,8 juta ton dengan konsumsi beras 2,5 ton, sehingga ketersediaan beras surplus sebesar 329, 3 ribu ton.
Sementara Wapres Jusuf Kalla justru menegaskan, impor dilakukan karena stok kurang.