Kamis 28 Dec 2017 16:02 WIB

Kimia Farma Investasi Rp 2 M Bangun Klinik Hemodialisa

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Tes urin merupakah salah satu deteksi dini yang sederhana untuk mengetahui gagal ginjal.
Foto: corbis
Tes urin merupakah salah satu deteksi dini yang sederhana untuk mengetahui gagal ginjal.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---PT Kimia Farma (Persero), Tbk menginvestasikan dana sebesar Rp 2 miliar untuk membangun Klinik Hemodialisa di Bandung. Menurut Direktur Utama Kimia Farma, Honesti Basyir, dana tersebut digunakan untuk investasi bangunan. Sedangkan pengadaan mesin dilakukan melalui skema revenue sharing dengan sejumlah pihak.

 "Ini Klinik Hemodialisa pertama bagi Kimia Farma. Ke depan kami menargetkan untuk mendirikan Klinik Hemodialisa paling tidak di 10 kota besar Indonesia," ujar Honesti pada Peresmian Klinik Hemodialisa di Jalan Cihampelas Bandung, Kamis (28/12).

 

Honesti menilai, keberadaan Klinik Hemodialisa di Indonesia saat ini sangat vital. Karena, gaya hidup masyarakat modern yang tidak sehat membuat semakin banyak penduduk usia produktif yang mengalami penyakit gagal ginjal. Bahkan, ada yang berusia dini.

 

 "Data 7th Report of Indonesian Renal Registry pada 2014 menunjukkan, 56 persen penderita penyakit ginjal adalah penduduk usia produktif, di bawah 55 tahun," kata Honesti.

 

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, jumlah penderita penyakit ginjal di Indonesia menempati urutan ke-dua setelah penyakit jantung. Pada kurun waktu 2014-2015 pertumbuhannya hampir mencapai 100 persen

 

 "Kehadiran Klinik Hemodialisa ini adalah upaya Kimia Farma untuk memberikan pelayanan kesehatan preventif dan kuratif bagi masyarakat," kata Honesti.

 

Klinik Hemodialisa merupakan produk layanan kesehatan baru dari Kimia Farma bagi para penderita diabetes dan hipertensi yang telah memasuki tahapan CKD (Chronic Kidney Disease). Hingga saat ini Kimia Farma sudah memiliki 1.000 unit apotek, 500 klinik kesehatan, 10 optik, 47 laboratorium klinik, dan 47 cabang Trading & Distribution.

 

Sementara menurut Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bandung, Herman Dinata Mihardja, di Bandung peningkatan kasus gagal ginjal mencapai 20 persen per tahun. Pasien penderita gagal ginjal harus melakukan cuci darah dua kali dalam sepekan.

 

"Penderita gagal ginjal di Jabar jumlahnya sekitar 2.500 orang dan sepertiganya ada di Bandung. Ada yang sudah mengalami gagal ginjal sejak SMP," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement