Rabu 27 Dec 2017 13:44 WIB

Pelaku UMKM Berhasil Boyong Tempe Hingga Mancanegara

Tawi pelaku usaha UMKM yang berhasil mengenalkan tempe hingga mancanegara.
Foto: Sinarmas
Tawi pelaku usaha UMKM yang berhasil mengenalkan tempe hingga mancanegara.

REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Tempe merupakan makanan khas bagi masyarakat Indonesia, makanan yang terbuat dari kedelai ini, banyak digemari oleh semua kalangan. Baik kalangan atas, bahkan yang terbawah sekalipun.Tempe juga bisa dijadikan sebagai kudapan sehari-hari.

Selain itu, tempe bisa dimasak dengan berbagai rasa dan jenis makanan. Mulai dari tempe penyet, kering, gorengan, dan lain sebagainya. Makanan yang terbuat dari proses pembusukan kedelai itu memang sampai saat ini seakan tak pernah ada matinya dan mungkin akan selalu digemari selagi manusia masih ada.

Dewasa ini, tempe tidak hanya beredar di Indonesia saja. Negara-negara Asia pun sudah mulai mengenal tempe. Tempe, makanan rakyat khas Indonesia ini ternyata sudah menembus dunia. Cita rasanya yang sederhana membuat warga dunia jatuh cinta. Salah satu yang berhasil mengenalkan tempe hingga ke Taiwan dan Hongkong adalah Tawi.

Tawi merupakan pengusaha tempe asal Pekalongan yang telah menembus pasar internasional. Berawal dari keberaniannya  untuk membuka kios tempe di Pasar Tradisional Modern BSD City (Pasmod BSD) pada tahun 2004, Tawi kini mulai mengekspor tempe-tempe buatannya ke sejumlah negara di Asia.

Sebelum sukses seperti saat ini, pria yang memiliki tiga anak tersebut sempat mengalami kegetiran hidup. Pria kelahiran tahun 1970 itu sempat melakoni pekerjaan sebagai pengumpul kayu dengan upah sebesar Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per hari di Jakarta.

Berbekal kegigihan laki-laki berkulit sawo matang ini, Tawi memutar otak untuk membuka usaha lain yang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Tempe, makanan yang menjadi ciri khas orang Jawa ini, menjadi pilihan Tawi sebagai usaha barunya. Modal yang dimiliki Tawi untuk memulai usaha tempe yaitu sebesar satu juta rupiah, itupun tidak mecukupinya. Oleh karena itu ia sempat berhutang untuk membeli kedelai dan bahan baku lainnya.

Dengan kesungguhan hati, Tawi pun merintis usaha kecilnya mulai dari menjual tempe keliling, bermodal sepeda ontel dan beberapa batang tempe, Tawi menjajakan tempenya dari Petukangan ke Ciputat hingga BSD City.  Tiba suatu hari, tanpa sengaja Tawi melintasi sebuah pasar yang ada di BSD City. Tawi tertarik dengan konsep yang ditawarkan Pasmod BSD yaitu pasar dengan model transaksi tradisional (proses tawar-menawar) namun menawarkan kenyamanan modern sehingga pembeli tidak perlu kesulitan mencari parkir untuk kendaraannya, kepanasan ataupun berbecek-becekan untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Tawi pun akhirnya memberanikan diri untuk membuka kios tempe di Pasmod BSD. Tempe merupakan makanan yang tidak mengenal zaman, bisa dinikmati oleh semua kalangan, sehingga, tempe mudah terjual karena harganya yang sangat terjangkau. Tempe-tempe yang di produksi dan di jual Tawi pun sering kali ludes di borong oleh pembeli.

Seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan dan jumlah penduduk di kawasan BSD City dan terjaganya kenyamanan dan kebersihan pasar, sehingga menyebabkan Pasmod BSD pun semakin ramai dikunjungi warga untuk berbelanja. Hal ini tentu saja berimplikasi positif juga terhadap para pedagang tak terkecuali Tawi.

Tidak lagi hanya menjual Tempe ke warga sekitar BSD, sejak tahun 2013 Tawi dalam sepekan dapat mengekspor tempe-tempe buatannya sebanyak 70 ribu ons atau sekitar 10 ribu batang ke Taiwan. "Tidak hanya di Taiwan saja, ekspor tempe juga hingga ke Hongkong," ujar Tawi.

Permintaan tempe di dua negara tesebut sangat tinggi, tak jarang Tawi pun kewalahan menerima pesanan tersebut. Berkat perjuangan yang tidak kenal lelah untuk menghidupi keluarga, dirinya dapat mengantongi omset bersih Rp 3,8 juta per hari hanya dari lapaknya di Pasmod BSD.

Pasmod BSD sangatlah berjasa baginya, dari pasar tersebut tempe-tempenya mulai dikenal masyarakat luas. Tawi kerap kali kedatangan tamu, dari kalangan mahasiswa yang melakukan riset pembuatan tempe dengan kualitas yang baik. Dalam satu hari, Tawi dapat memproduksi tempe hingga dua sampai empat kwintal. Perlahan bisnis yang ia tekuni ini telah menghasilkan omset yang luar biasa.

“Saya merasa beruntung menemukan tempat berjualan yang mendukung usaha saya ini, pengunjung kelas menengah atas selalu ramai datang ke Pasmod BSD, terima kasih kepada pengelola BSD yang memperhatikan nasib pedagang kecil seperti kami ini,” ujarnya saat di wawancarai di Pasmod BSD. 

Selain itu Tawi juga berterima kasih kepada pengelola Pasmod BSD yang kini juga telah memberikan pelatihan bagi para pedagang melalui program Pasar Rakyat School mengenai beberapa hal yang dapat meningkatkan pengetahuan seperti perilaku hidup bersih dan sehat di pasar dengan menghadirkan nara sumber dari Unilever serta Perencanaan keuangan sederhana dengan nara sumber dari Bank Sinarmas.

Tawi merupakan salah satu pelaku UMKM Pasar BSD City yang telah sukses dengan bisnis tempenya. Berkat kegigihan dan keuletannya, kini kios tempenya menjadi tujuan berbelanja favorit para pembeli. Kini, tidak hanya di kios tempe di Pasmod BSD saja, ia pun telah memiliki beberapa kios di pasar lainnya. Prinsip hidupnya yang kini membawa Tawi menuju kesuksesan, ia menerapkan pada dirinya bahwa kerja keras akan membuahkan hasil yang manis ke depannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement