REPUBLIKA.CO.ID, WAJO --Panen yang bertepatan dengan awal musim hujan di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan tidak menjadi kendala. Sebab, adanya combine harvester yang bisa memanen sekitar tiga hingga empat hektare per hari.
Kelompok tani Tunas Muda 1 di Desa Ujung Tanah, Kecamatan Bola, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan memanfaatkan mesin pertanian tersebut. Luas lahan sawah di desa ini sekitar 600 hektare, masih tersisa 450 hektare yang siap dipanen hingga akhir Januari mendatang.
Ia mengatakan, produktivitas varietas Ciherang yang dipanen tersebut masih tergolong rendah, hanya berkisar 4 hingga 4,5 ton per hektare dengan harga Rp 4.500 per kilogram Gabah Kering Panen (kg GKP).
Musim depan, pihaknya akan melakukan pendampingan terkait penerapan inovasi teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Balitbangtan) dengan melibatkan dinas terkait untuk mengejar peningkatan produksi mencapai 8-9 ton per hektare. Ia melanjutkan, hal ini untuk memenuhi keinginan petani setempat untuk mengadopsi inovasi teknologi berupa Varietas Unggul Baru (VUB).
"Petani bersedia menjadi penangkar benih padi produksi Kementerian Pertanian," ujar Fausiah.
Untuk diketahui, selain Sulsel, Sumatera Selatan juga sedang panen. Pada 24 Desember 2017 panen terjadi di Desa Kepala Siring, Kecamatan Tanjung Sakti Pumu, Kabupaten Lahat dengan produktivitas 9,1 ton GKP per hektare. Varietas yang dipanen merupakan Ciherang dengan luas panen 45 hektare dari luasan mencapai 80 hektare.
Begitu juga dengan panen di Provinsi Banten akhir pekan ini yang dilakukan di Desa Gunung Datar, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang seluas 5 hektare dari lahan seluas 20 hektare dengan Varietas IR-64. Produktivitas panen kali ini sebesar 6-7 ton GKP per hektare. Harga gabah di tingkat petani sebesar Rp 4.000 hingga Rp 4.300 per kg.