REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Energi Terbarukan PT PLN (Persero), Tohari menjelaskan ke depan PLN akan meningkatkan bauran energi, dengan membangun pembangkit berbasis energi terbarukan. Hingga 10 tahun mendatang PLN menargetkan membangun pembangkit dengan total kapasitas sebesar 77,9 gigawatt.
Tohari menjelaskan asumsi pertumbuhan konsumsi listrik akan mencapai 8,3 persen. Pada 2017 ini saja, kata dia, pertumbuhan listrik mencapai 4,3 persen. Berdasarkan asumsi ini maka PLN perlu menambah pasokan listrik. Dengan semangat bauran energi, Tohari mengatakan PLN akan menambah pembangunan pembangkit.
"Berdasarkan asumsi itu, kita mau bikin 77,9 GW dalam waktu 10 tahun. Di 2019 nanti akan besar," ujar Tohari di Hotel Morissey, Kamis (21/12).
Tohari mengatakan komposisi 77,9 gigawatt tersebut terdiri dari, PLTU sebesar 31,9 GW. PLTGU sebesar 18,8 GW, PLTMG sebesar 5,6 GW, PLTA sebesar 14,1 GW, PLTP sebesar 6,3 GW. "PLN Bangun pembangkit untuk EBT, 21.549 MW. dimana komposisinya kita mengandalkan PLTA, 12 ribu MW. PLTM 16.000 MW, PLTMG 8 ribu. Panas bumi 6 ribu," ujar Tohari.
Sebelumnya, Dirjen Energi Terbarukan, Kementerian ESDM, Rida Mulyana menjelaskan Pemerintah tetap optimis bisa mencapai target 23 persen Energi Baru Terbarukan (EBT) di 2025. Angka 23 persen atau setara dengan 92,2 Million Tonne Of Oil Equivalent (MTOE), menurut Rida, merujuk pada target pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 yang sekitar 8 persen.
Penetapan target bauran energi ini sendiri telah disahkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Seperti yang diungkapkan Rida, ketentuan ini tidak dapat dievaluasi sebelum 5 tahun sejak disahkan.
Selain itu, pemenuhan kebutuhan EBT juga didasari oleh Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) serta sejalan dengan Nawa Cita pembangunan Jokowi-JK yaitu membangun Indonesia dari pinggiran.