REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (19/12), bergerak menguat sebesar delapan poin menjadi Rp 13.573 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.581 per dolar AS.
"Mata uang rupiah kembali terapresiasi terhadap dolar AS ditopang sentimen dari dalam negeri yang cukup positif," kata Kepala riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa (19/12).
Ariston Tjendra mengatakan bahwa sentimen mengenai keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 4,25 persen, neraca perdagangan Indonesia yang surplus pada November, utang luar negeri yang relatif terkendali, serta ekonomi tahun ini yang diperkirakan masih dapat meningkat menunjukkan fundamental ekonomi nasional kondusif.
Ia menambahkan bahwa dolar AS yang sempat terangkat oleh sentimen mengenai RUU Pajak AS yang diharapkan disetujui menjadi UU pada pekan ini cenderung bersifat jangka pendek. "Sentimen domestik yang positif akan lebih menjaga pergerakan rupiah," katanya.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa reformasi pajak Amerika Serikat masih menjadi fokus, terutama bagi pelaku pasar asing untuk menentukan kebijakan investasinya di negara berkembang. "Sebagian investor masih terpengaruh oleh sentimen reformasi pajak AS, karena sentimen itu dapat memicu aliran dana menuju AS," kata Reza.
Ia menambahkan bahwa sejumlah investor memproyeksikan dengan disahkannya reformasi pajak AS itu dapat mendorong ekonominya lebih baik, yang akhirnya memicu permintaan aset berdenominasi dolar AS.