Senin 18 Dec 2017 08:13 WIB

UUS Bank Jateng Fokus Kelola Ziswaf dan Infrastruktur

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
Logo Bank Jateng
Foto: www.bankjateng.co.id
Logo Bank Jateng

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Jateng bakal fokus pada pengembangan dana sosial seperti zakat, infak, shodaqoh, dan wakaf (ziswaf) pada 2018. Hal itu sesuai arahan Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo kepada perbankan syariah untuk lebih memaksimalkan dana ziswaf.

Direktur Operasional dan Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Jateng, Hanawijaya, mengatakan rencana kerja 2018 sesuai arahan Gubernur Bank Indonesia agar seluruh industri syariah harus lebih berhati-hati dan meningkatkan kreativitas. Pesan Gubernur BI tersebut agar perbankan syariah memanfaatkan proposisi yang tidak dimiliki bankir lain yakni pemanfaatan ziswas dan pengelolaan dana-dana yang terkait dengan keagamaan.

"Mungkin ini salah satu yang harus ada upaya kreativitas dari kami untuk mewujudkan fungsi bank syariah tidak hanya sekadar komersial banking tapi bagaimana bisa menjadi agen dari pengelolaan ziswaf yang lebih profesional," kata Hanawijaya di Jakarta, pekan lalu.

Hanawijaya menjelaskan, UUS Bank Jateng baru fokus terhadap pengelolaan ziswaf mulai tahun ini dengan menggandeng Baznas Jawa Tengah. UUS Bank Jateng bakal membuatkan akun virtual (virtual account) untuk bisa memudahkan penyetoran ziswaf.

Selain itu, UUS Bank Jateng juga memaksimalkan fungsi di sisi penyaluran ziswaf. Dia berharap bisnis model yang mau digarap dengan Baznas Jawa Tengah tersebut bisa memberikan kontribusi bagi pengembangan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"Karena kami juga ingin menggandeng Bank Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap start up atau UMKM, itu salah satu yang kami coba garap di tahun 2018," ungkapnya.

Selain Baznas, nantinya UUS Bank Jateng juga akan menggandeng lembaga lainnya seperti Dompet Dhuafa. "Pokoknya pesan-pesan Pak Agus Marto kalau digarap serius bisa menjadi proposisi khasnya bank syariah karena tidak semua bank konvensional mampu menggarap konsep itu," ujar Hanawijaya.

Dia menilai, perkembangan industri syariah tahun depan ada harapan lebih baik dari tahun ini. Berdasarkan proyeksi para pakar ekonomi, secara fundamental perekonomian dunia sudah mulai bergerak. Harga-harga komoditas juga mengalami peningkatan.

Meskipun masih ada ketidakpastian karena masalah geopolitik di negara-negara besar di dunia. Sementara dari sisi domestik, adanya Pilkada serentak 2018 dan pemiliham umum 2019 dinilai akan mempengaruhi ekspektasi dari para investor. Di sisi lain, gelaran akbar Pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019 diharapkan dapat mendongkrak sisi permintaan (demand) penjualan dari para pelaku UMKM.

Hanawijaya menyebut, UUS Bank Jateng menargetkan dapat meningkatkan total aset dari proyeksi Desember 2017 sebesar Rp 4,2 triliun menjadi Rp 5,2 triliun pada Desember 2018. Untuk mencapai target tersebut, UUS Bank Jateng berupaya mengelola pembiayaan (financing) dengan baik, menjaga manajemen pembiayaan bermasalah (NPF) dengan baik, sert memilih segmen-segmen yang memiliki prospek terhadap imbal hasil.

UUS Bank Jateng juga akan memanfaatkan perpindahan pengelolaan dana haji dari Kementerian Agama menjadi dikelola oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) mulai 2018. "Kami menyambut harapan baru sebagai sumber dana jangka panjang yang matching aset dengan liabilitasnya," ucapnya.

Menurutnya, industri syariah juga tengah membicarakan bagaimana investasi dengan skema Mudharabah Muqayyadah menjadi alternatif bank syariah. Sebab, nomenklatur di bank hanya ada deposito, giro dan tabungan, serta pinjaman.

Pinjaman pihak kedua bisa berupa bilateral loans antara bank dengan bank, atau biasanya bank menerbitkan obligasi subordinasi (subdebt) melalui pasar modal atau surat utang jangka menengah (MTN). Hal itu tengah dipelajari bersamaan dengan pembicaraan mengenai proyek di Bank Jateng.

Proyek-proyek tersebut antara lain rumah sakit atau sekolah-sekolah milik Muhammadiyah yang tercatat di portofolio Bank Jateng sudah mencapai angka Rp 600 miliar sampai Rp 700 miliar akan disinkronkan dengan skema Mudharabah Muqayyadah dari BPKH. "Dan BPKH sudah minta di exercise dalam 2018 ini. Kami lagi siapkan dokumen-dokumennya supaya mulai ada produk baru yang matching antara aset dengan liabilitas," ungkapnya.

Selain itu, UUS Bank Jateng akan berkonsentrasi di organisasi masyarakat seperti Muhammadiah dan Nahdlatul Ulama (NU) yang mau bergerak di bidang kesehatan dan pendidikan. Sebab, dua segmen tersebut dalam pengalaman Bank Jateng tidak pernah bermasalah.

Di samping itu, UUS Bank Jateng juga mengembangkan segmen konsumer untuk mengejat imbal hasil (yieldy). Bank Jateng tengah menyiapkan kerjasama pembiayaan kepemilikan rumah (PPR) skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) khusus bagi lingkungan pesantren.

Bank Jateng akan menyiapkan PPR bagi guru maupun para kiai di pondok pesantren yang selama ini belum memiliki rumah yang layak. "Bank Jateng sedang menyusun SOP bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Perumahan Rakyat yang menangani FLPP untuk itu, lokasinya nanti di Jateng," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement