Selasa 12 Dec 2017 14:29 WIB

UKM Jadi Harapan Pertumbuhan Ekonomi di Jatim

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Elba Damhuri
Produk fermentasi mengkudu dari UMKM Jember yang telah sukses diekspor ke berbagai negara.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Produk fermentasi mengkudu dari UMKM Jember yang telah sukses diekspor ke berbagai negara.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dinilai dapat menjadi harapan untuk menumbuhkan perekonomian di Jawa Timur. Anggapan ini dilontarkan mengingat pertumbuhan kredit di UKM naik sekitar tiga persen.

Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) Candra Fajri Ananda menjelaskan, sebanyak 6,9 juta penduduk Jatim berkecimpung ke dalam dunia UKM.

 

"Bayangkan kalau satu UKM ada empat orang berarti terdapat 25 juta warga Jatim yang ikut UKM, sedangkan jumlah penduduknya secara keseluruhan ada 39 juta," kata Candra saat ditemui wartawan di Hotel Atria Malang.

Melihat data tersebut, Candra menilai, kemiskinan di Jatim sepertinya bisa terselamatkan dengan UKM. Data yang besar itu cukup membantu meningkatkan perekonomian di Jatim ke depannya.

Di sisi lain, keberadaan UKM nampaknya masih menjadi problem besar dari segi standarisasinya. Kebanyakan UKM lebih "hidup sendiri" dibandingkan yang ada di negara lain seperti Taiwan. UKM di Taiwan acap dijadikan supplier bagi dunia industri sehingga perkembangannya terbantukan.

"Banyak UKM kita yang tidak bisa ekspor. Yang bsia manfaatkan mengembangkan bisnis juga tidak banyak. Kalau buat proposal kebanyakan copas. Ini jelas ada problem besar dari kualitas SDM-nya," tambah dia.

Candra juga mendengar, para pelaku UKM kebanyakan dipandang sebagai orang tak terdidik. Dalam artian sangat sedikit yang lahir dari pendidikan tinggi. Oleh sebab itu, Candra berpendapat, pemerintah perlu mereformasi birokrasi yang lebih serius lagi dalam mengahadapi ini.

Candra tak menampik pemerintah memang sudah ada yang memberikan pinjaman untuk membantu para pelaku UKM. Namun sayangnya, pemerintah masih memberikan bunga atas pinjaman tersebut. Terlebih lagi upaya tersebut tak berdampak besar pada peningkatan jumlah ekspor.

Menurut Candra, teknologi memang menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan pelaku UKM untuk menginternasionalisasi barangnya. Akan tetapi, sistem seperti ini baru bisa dilakukan orang anak muda yang sudah memahami teknologi. "Ya ada satu dua anak muda yang berhasil, tapi kan pelaku UKM sebagian besar bukan anak muda," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement